Yohana Yembise
BANDA ACEH (RA) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA), Yohana Yembise, mengatakan, perempuan dan anak memiliki peran penting dalam pembangunan Aceh pasca bencana dan tsunami beberapa tahun yang lalu.
Sumber kebangkitan antar kaum laki-laki dan perempuan ini terlihat jelas dari sikap gotong royong dan bahu-membahu dalam membangun Aceh di berbagai sektor, seperti KUKM dengan penguatan ekonomi kerakyatan. Hasil kerajinan tangan khas Aceh dan kedai kopi Aceh terbukti telah meningkatkan roda perekonomian daerah.
“Kementerian PP-PA sebagai leading sektor pembangunan harus mampu memberikan kontribusi strategis untuk membawa perubahan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami menginisiasi kegiatan Diplomatic Tour 2016 yang merupakan event yang pertama kali diselenggarakan oleh Kementerian PP-PA, didukung oleh Kementerian Luar Negeri dan Pemerintah Aceh,” kata Yohana di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Jumat (4/5) malam.
Yohana menuturkan, pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan salah satu prioritas pembangunan. Ihwal ini sudah ditetapkan oleh Kementerian PP-PA ke dalam program unggulan Three Ends sejak 2016.
“Ini merupakan prioritas utama ialah mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, lalu mengakhiri perdagangan orang kemudian mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi bagi perempuan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, untuk mewujudkan dan mencapai hal itu, pihaknya telah melakukan berbagai upaya Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA) berbagi bentuk varian agar dapat lebih mudah dipahami dan lebih dirasakan oleh masyarakat.
Selanjutnya, beragam upaya yang akan ditindak lanjuti ialah pengembangan model Industri Rumahan (IR), Bina Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (BK-TKI), pengembangan model Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) dan berbagai strategi kampanye.
“Diantaranya Jelajah Nusantara Three Ends, kampanye Berlian (Bersama Lindungan Anak), dan kampanye SETARA juga dilakukan agar semakin banyak masyarakat terjangkau informasi tentang perlindungan perempuan dan anak, serta pemenuhan hak anak,” tambahnya.
Yohana berharap melalui kegiatan Diplomatic Tour 2016 yang dihadiri para duta dapat melihat secara langsung upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Aceh melalui serangkaian kegiatan field trip yang telah direncanakan sehingga dapat terwujud kerjasamanya.
“Kerjasama itu baik yang dilakukan melalui skema bilateral, multilateral maupun triangular untuk kemajuan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Aceh. begitu juga di seluruh Indonesia pada umumnya,” harapnya.
Kegiatan Diplomatic Tour 2016 mengusung tema “Kemajuan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Aceh” dan dihadiri oleh seluruh Duta Besar negara sahabat untuk meningkatkan kinerja pemerintah dan masyarakat Aceh dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak secara utuh.(mag-68/mai)