
PERLU pelurusan sejarah terhadap para pahlawan perempuan dari Aceh. Selama ini, ditampilkan jauh dari akarnya, Islam. Para Inong Aceh yang rela syahid demi agama dan kemerdekaan bangsanya digambarkan tak sepantasnya.
Al Amin Zakir – Banda Aceh
“Kita segera melakukan gerakan untuk semua pahlawan wanita Aceh ditampilkan secara Islami. Jangan pernah lagi gambar Cut Nyak Dhien dan para syuhada perempuan kita ditampilkan tanpa hijab, sebagaimana keyakinan mereka,” tandas Tuanku Warul Walidin.
Pernyataan itu disampaikan dalam acara ‘Mengenang Perjuangan Tujuh Jenderal Wanita Kerajaan Aceh Darussalam.’ Kegiatan itu digelar di Rumah Cut Nyak Dhien di Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar, Sabtu (10/11).
Pria yang mempunyai silsilah keturunan dari Sultan terakhir kerajaan Aceh Darussalam ini menyampaikan, semua gambaran pahlawan wanita Aceh selama ini ditampilkan tidak sesuai dengan syariat Islam.
“Perempuan Aceh itu identitasnya itu Syari. Berjilbab. Tapi banyak di buku sejarah dan di berbagai media lainnya ditampilkan tanpa hijab. Ini yang harus kita luruskan,’ ujar Tuanku Warul.
Dulunya, ujarnya lagi, beberapa pihak pernah memperjuangkan para pahlawan Aceh ditampilkan sesuai kodratnya, yakni berjilbab. Namun upaya ini kurang mendapat respon yang positif karena tidak ada tindaklanjutnya hingga kini.
“Dulu masa Abdullah Puteh menjabat ini sempat ditanggapi dan beberapa saat. Namun kasus yang dialami beliau, upaya meluruskan sejarah juga hilang begitu saja. Perjuangan untuk mensyarikan kembali pahlawan perempuan Aceh harus kita lanjutkan, dari segala sektor,” ujarnya pria yang juga Ketua Aliansi Lintas Sejarah (ALIS) Aceh.
Keinginan untuk meluruskan sejarah ini juga disampaikan Ustad Amir Hamzah yang merupakan salah satu sejarahwan Aceh. Perjuangan untuk mengjilbabkan seluruh pahlawan wanita Aceh sudah dilakukannya bersama rekan-rekannya sejak belasan tahun lalu.
“Semasa Pak Abdullah Puteh sempat seluruh foto pahlawan Aceh yang tidak berjilbab di kantor kantor pemerintah Aceh diturunkan. Namun begitu beliau turun karena kasus, seluruh foto salah pahlawan wanita Aceh kembali dipampangkan,” tukasnya.
Keinginan untuk jilbabkan pahlawan Aceh menurutnya akan sangat berat diperjuangkan. Hal ini karena pemerintah sekarang berkiblat ke arah sekuler. “Buktinya sekarang ini di buku-buku sejarah, pahlawan wanita Aceh tetap ditampilkan tanpa hijab mereka,” tukasnya sedih.
Kesedihanya ini karena, semua pahlawan perempuan Aceh adalah seorang yang ahli agama Islam. Cut Nyak Dhien kita diketahui telah khatam Al Quran beberapa kali dan sangat paham dengan ilmu Fiqih.
“Jadi sangat tak mungkin seorang ahli agama tak menjalankan perintah agamanya. Dan ini sedihnya ditampilkan dan disahkan oleh pemerintah Indonesia, gambaran sekuler Cut Nyak Dhin tanpa jilbab. Ini jelas sangat merendahkan martabat wanita agung tersebut,” ujarnya lagi.
Walau perjuangan untuk jilbabkan pahlawan wanita Aceh ini akan sulit, menurutnya hal tersebut harus tetap diperjuangkan setiap mereka yang mengaku berdarah Aceh.
Mawardi Usman Ketua Panitia, sebelumnya mengatakan, acara seperti memang rutin digelar Peusaba, konsorsium pecinta sejarah Aceh. (min/mai)