
Harianrakyataceh.com – Di langit, bulan tak mau kalah. Cahayanya menembus awan dan menyorot jelas ke perkemahan. Gemerisik suara dedaunan yang tertiup angin serta nyanyian binatang malam menambah romantisme perkemahan yang diikuti puluhan peserta dari berbagai komunitas, termasuk pelajar dari sejumlah sekolah.
Beragam kegiatan dilaksanakan dalam kegiatan Nusa Berkemah yang digelar pada akhir pekan kemarin. Bak kemping pada umumnya, ada yang bertugas memasak, ada juga yang bercerita sambil tertawa, bahkan tak sedikit yang tidur di dalam tendanya masing-masing.
Pada malam itu ada sepuluh tenda peserta kemah bersama Nusa, Lhokga Aceh besar didirikan, tenda tersebut teletak berbaris di atas bukit desa Nusa. Selain tenda juga terikat ayunan (hamok) setiap perpohonan yang tumbuh di atas bukit tandus tersebut.
Kegiatan ini dilakukan oleh pemuda Desa Nusa, bertajuk Nusa Festival 2016. Menurut penyelenggara, kegiatan ini untuk mempromosikan daerah mereka yang indah dan juga layak sebagai tempat untuk berkemping bersama, apalagi letak wilayah itu tidak jauh dari ibukota provinsi Aceh, Banda Aceh.
“Kegiatan kemah ini sebelumnya direncanakan dilaksanakan pada pertengahan bulan Oktober, namun karena cuaca tidak mendukung, makanya kegiatan ini baru telaksana sekarang,” ujar Rubama, pengerak kegiatan itu, Ahad (13/11). “Kegiatan ini berlangsung berkat dukungan dan kerja keras semua warga Desa Nusa.”
Untuk kegiatan nusa berkemah ini, menurut Rumana juga diisi dengan sejumlah kegiatan lainnya, diantaranya senam pagi, gotong royong dan ayunan dedaunan kelapa. “Acara ini bertajuk ‘Nusa Festival the Power of Village’ itu berlangsung mulai 16-23 Oktober 2016, hari ini kita tambah lagi kegiatan nusa berkemah,” tambahnya.
Menurutnya, kegiatan tersebut mengenakan pada dunia bahwa desa mereka sebagai kampung kreatif dan sangat cocok penggemar wisata heritage. “Di sini kita juga memperkenalkan lebih dekat kehidupan tradisional masyakarat Aceh bagi pengujung,” sebutnya.
Nusa Festival ini terselenggarakan sejak tahun 2008. Mulanya untuk menghidupkan budaya gotong royong yang mulai luntur dalam masyarakat, tapi kemudian dalam perkembangannya diadakan kegiatan dan perlombaan yang peserta dan panitianya seluruhnya adalah masyarakat dan kegiatan ini akan terus belanjut sebagai agenda rutin tahunan bagi masyarakat setempat.