Belasan Hektar Kebun Rusak
Sigli (RA) – Gajah liar merusak belasan hektar perkebunan warga di Gampong Blang Gunci, Kecamatan Padang Tijie, Kabupaten Pidie, Senin (28/11) sore. Amatan Rakyat Aceh, kawanan itu berjumlah 17 gajah.
Relawan Ranger Keumala memperkirakan, ada anggota kelompok yang memisahkan diri. Pasalnya, pekan lalu terlihat di Kecamatan Mila jumlahnya mencapai 25 gajah. Saat itu, gajah merusak puluhan hektar kebun warga.
Aksi gajah liar sudah berlangsung sejak sebulan lalu di Kabupaten Pidie. Akibatnya, warga cemas dan tak dapat beraktifitas dengan nyaman.
Sejak dari Mila, Rakyat Aceh bersama Relawan Ranger Keumala mengikuti perjalanan gajah ini. Kawanan itu ditemukan kembali sekitar pukul 18.00 WIB, di kebun dipenuhi pisang dan pohon pinang. Menurut warga setempat kebun tersebut milik Ibrahim, ketua Mukim setempat.
Terlihat dalam hitungan menit, puluhan batang pisang berhasil dimakan dan dirusak kawanan gajah. Sementara warga, hanya bisa melihat dan tak bisa berbuat banyak. Hamdi, warga Blang Gunci, mengaku para warga dan pemilik kebun di kawasan tersebut sejak sepekan terakhir meningkatkan kewaspadaan. Namun menurutnya, kawanan gajah liar itu belum melancarkan serangan ke ke pemukiman.
Menurutnya, hancurnya tanaman di kebun tak membuat warga marah. “Biarkan saja, mereka juga makhluk yang mencari makan sama seperti kami, nanti juga akan pergi sendiri,” sebutnya.
Apalagi kawanan gajah selama ini tidak menyerang warga. “Hanya kebun yang dirusak, saat warga datang dan menyuruh pergi, gajah tersebut akan pergi, mereka mengerti kita,” Kata Hamdani dalam bahasa Aceh.
Relawan Ranger Keumala, Kutsar, memastikan kawanan gajah tersebut merupakan kelompok yang sama saat di Mila. Pekan lalu digiring kembali ke hutan. Sejak empat hari terakhir, kawanan itu memilih menetap di pengunungan Padang Tijie.
Ia mensinyalir, kawanan itu telah terpencar menjadi dua kelompok. “Karena saat di Mila terhitung 25 ekor gajah, sementara di Blang Gunci, hanya 17 ekor yang terlihat,” jelasnya.
Ia memperkirakan, gajah-gajah itu akan bertahan di Padang Tijie, sebab masih banyak makanan di perkebunan warga. Kutsar meminta agar warga yang membuka lahan di kawasan pengunungan, jangan menanam tanaman yang mengundang datangnya gajah, seperti pisang, tebu dan pinang.
“Diperkirakan akan lama di sini, masih banyak makanan mereka. Jika sudah tahu ada makanan enak, mereka akan susah berpindah, meski digiring juga malam harinya akan kembali lagi,” sebutnya. “Warga jika bisa jangan tanam pisang dan pinang di daerah pengunungan ini, tanamnya lebih baik pohon-pohon penyangga air yang bisa dijadikan kayu.” (zia/mai)