Shalat Tahajud Berkah Buat Ratusan Santri MUDI

MASJID ROBOH: Santri Pesantren MUDI Samalanga, membersihkan puing-puing kubah Masjid Raya MUDI yang roboh pasca gempa 6,5 SR, Bireun, Rabu (7/12). RAHMAT HIDAYAT/RAKYAT ACEH

PIDIE JAYA,Harianrakyataceh.com – Shalat tahajud memberi berkah bagi ratusan santri MUDI Samalanga, Kabupaten Bireuen. Kenapa tidak, berkat shalat di waktu sepertiga malam itulah mereka terhindar dari banyaknya jatuh korban jiwa gempa Pidie Jaya, berkekuatan 6,4 SR, Rabu (7/12) lalu.

“Semua santri di sini harus shalat tahajud setiap sepertiga malam. Dan dilaksanakan di masjid ini,” kata Tgk Musliadi pada Rakyat Aceh empat hari pasca gempa, Sabtu (10/12) sore.

Lebih lanjut, Tgk Musliadi mengisahkan, bencana korban jiwa dapat terhindar seminim mungkin tentu saja memasuki waktu shalat subuh. Dimana, ratusan santri saat itu masih berada dalam masjid. Mereka telah selesai shalat tahajud.

“Mereka menunggu waktu shalat subuh bersama-sama. Hanya sepersekian menit, tiba-tiba jatuh benda keras berupa batu dari atas dengan suara cukup keras,” ungkap Tgk Musliadi.

Tanpa ada aba aba terlebih dahulu, santri pun mulai bergerak satu persatu keluar masjid. “Setelah semua keluar, kemudian bumi bergoyang,” katanya.

Kemudian, baru satu persatu besi kubah masjid yang diselingi batu bersemen berhamburan jatuh ke lantai. “Suara besi dan batu jatuh cukup keras terdengar. Bumi bergoyang sehingga para santri pun mulai berlari berdesakan,” ujarnya.

Bila saja santri tidak rutin melaksanakan shalat tahajud, besar kemungkinan korban jatuh cukup banyak. Sebab, para santri tinggal pada bangunan sampai lantai empat. “Jelas santri akan saling berlarian menuruni anak tangga. Apa lagi lampu listrik pun mati seketika,” sebutnya lagi.

“Yang jelas, isu beredar kalau sebelum gempa ada terlihat cahaya di sekitar sini, tidak benar semua itu. Yang benar adalah, usai shalat tahajud, ada batu untuk pengkuat kubah jatuh ke lantai masjid. Sehingga santri dengan cepat keluar meninggalkan masjid. Hikmah inilah bagi santri melaksanakan shalat tahajud sehingga terhindar tertimpa besi dan batu penyangga kubah masjid,” ungkap Tgk Musliadi salah seorang yang sangat dikenal oleh ribuan santri MUDI Samalanga.

Disinggung banyak santri yang luka-luka sampai 105 orang, Musliadi yang tampil menggenakan baju berwarna krem dan berkain sarung, tidak lain dan tak bukan karena bersamaan keluar sehingga berdesak desakan tak terhindari untuk cepat meninggalkan lokasi.

Terlebih lagi, sebagian ada pula yang turun dari lantai empat tempat mereka tinggal terkena batu-batu kecil dan terjatuh.

Sampai hari ke-empat pasca gempa 6,4 SR, banyak santri yang dijemput orang tuanya. Dari 3.000 an santri di pesantren MUDI ini, kini hanya 500 orang yang tinggal. (ung/rif)