PIDIE JAYA (RA) – Bencana gempabumi Pidie Jaya telah berlalu delapan hari. Namun rasa trauma dan ketakutan masih saja terlihat di wajah warga setempat. Trauma warga begitu kasat mata, jelas terlihat saat berkunjung ke lokasi bencana.
Dampak dari rasa trauma tentu berbeda-beda setiap lokasi, bagi masyarakat yang tinggal di pedalaman maupun di perkotaan. Seperti halnya Keude Ulim yang merupakan sebuah kota kecil di Kabupaten Pidie Jaya. Jika siang hari, kita melihat kesibukan dan aktifitas masyarakat.
Sejumlah usaha masyarakat tampak hidup, baik itu rumah makan, bengkel, toko kelontong maupun lainnya. Tapi siapa sangka, kalau aktifitas itu hanya terlihat di siang hari saja. Sebab, malam hari, semua penghuni Ruko yang berjejer di Keude Ulim, mengosongkan tempat usahanya.
“Kami semua yang tinggal di Keude Ulim pulang ke rumah kalau malam hari,”ucap M Yani seorang pedagang nasi, Kamis (15/12).
Ditanya apa alasan harus pulang ke rumahnya di desa masing-masing? M Yani mengatakan mereka masih trauma terhadap gempa yang setiap hari terjadi.
“Kami masih takut bang. Sebab gempa hampir setiap hari masih terjadi. Apalagi anak-anak, mereka kerap takut begitu gempa datang,”ungkapnya yang dibenarkan istrinya.
Intinya, Keude Ulim kalau malam hari sepi, karena tidak ada warga yang tinggal. Semua pulang ke rumah masing-masing untuk berkumpul bersama keluarga lainnya. Penghuni Keude Ulim trauma tinggal di toko berbahan beton.
Kondisi ini ternyata berbanding terbalik dengan warga yang berada di pedalaman. Tetapi semua sama, rasa trauma masih menggayuti masyarakat. Lokasi pengungsian masih saja terlihat di sejumlah lokasi desa dan jalan. Namun lokasi pengungsian, pada siang hari tampak sepi, mereka akan ramai pada malam hari. (agt/mai)