
Harianrakyataceh.com – Evakuasi penduduk Kota Aleppo kembali tertunda. Kemarin (16/12), pemerintahan Presiden Bashar al-Assad tiba-tiba menghentikan proses evakuasi yang telah berjalan sejak Kamis (15/12). Damaskus menyalahkan oposisi bersenjata sebagai penyebab tertundanya evakuasi. Kabarnya, mereka hendak menyelundupkan senjata.
”Evakuasi ditunda lagi karena militan (oposisi) melanggar syarat gencatan senjata,” kata seorang sumber militer Syria. Media pemerintah melaporkan bahwa pelanggaran yang dimaksud berkaitan dengan senjata dan sandera. Oposisi yang berhak mengungsikan keluarga dan sanak-saudara mereka dari Aleppo juga menitipkan senjata untuk diselundupkan ke Kota Idlib. Beberapa sandera juga ikut diselundupkan.
Oposisi membantah keras klaim Damaskus tersebut. Sebaliknya, mereka ganti menuduh pemerintahan Assad sebagai penyebab tertundanya proses evakuasi. ”Rezim pemerintah dan seluruh militan sekutunya sengaja menunda evakuasi untuk memastikan bahwa warga Fuaa dan Kafraya pun diungsikan ke tempat aman,” ungkap Yasser al-Youssef dari kelompok Nureddin al-Zinki.
Fuaa dan Kafraya yang pro-pemerintah jatuh ke tangan militan sejak 2015. Untuk menyelamatkan penduduk yang loyal kepadanya, Assad mencantumkan Fuaa dan Kafraya dalam kesepakatan baru. Dalam kesepakatan lama yang mendasari gencatan senjata Selasa malam (13/12), Damaskus tidak menyebutkan apapun tentang Fuaa dan Kafraya. Nama dua area itu baru muncul setelah tertundanya evakuasi Rabu (14/12).
Senada dengan oposisi, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) juga menyebut Fuaa dan Kafraya sebagai alasan kembali tertundanya evakuasi. ”Militan-militan pro-pemerintah memblokir jalan-jalan yang menghubungkan Aleppo dengan wilayah lain. Padahal, jalur-jalur itulah yang akan dilalui bus-bus evakuasi,” terang lembaga HAM yang berkantor pusat di Kota London, Inggris, tersebut.
Ribuan atau bahkan puluhan ribu warga Aleppo yang sudah siap mengungsi sejak Rabu pagi, akhirnya meninggalkan kota tersebut pada Kamis siang. Selain menumpang bus-bus milik pemerintah dan ambulans-ambulans Palang Merah Internasional (ICRC), sebagian warga sipil menggunakan kendaraan pribadi masing-masing untuk menuju Idlib. Proses evakuasi terus berlanjut sampai Kamis malam dan dini hari kemarin.
Data SOHR menyebutkan, sebanyak 8.500 warga Aleppo sudah meninggalkan kota yang porak-poranda itu saat Assad tiba-tiba menghentikan evakuasi kemarin. Jumlah itu sudah termasuk sekitar 3.000 pejuang oposisi. Sedangkan, Damaskus menyebut jumlah warga Aleppo yang sudah mengungsi berkisar 8.000 orang. PBB menduga, masih ada belasan ribu warga sipil yang terperangkap di ibu kota Provinsi Aleppo tersebut.
Kemarin, ICRC yang memantau proses evakuasi sejak awal, menyesalkan keputusan Assad. Direktur Regional ICRC Robert Mardini mengatakan bahwa evakuasi warga sipil Aleppo sudah sangat mendesak. Dan, tidak seharusnya dihambat seperti ini. ”Saya imbau kepada semua pihak untuk bisa menjamin kelancaran proses evakuasi . Saya harap evakuasi bisa segera berlanjut lagi,” tandasnya.
Penundaan kali kedua kemarin membuat ribuan warga Aleppo kembali telantar. Sebab, mereka sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Barang-barang kebutuhan pokok juga sudah lama lenyap dari kota terbesar kedua Syria tersebut. Menambah penderitaan penduduk Aleppo, angin musim dingin sudah mulai menyapa Syria. Tanpa tempat tinggal dan cukup makanan, warga yang sekian lama terjebak perang itu jelas kian menderita.
Kemarin, Turki memublikasikan rencana untuk membangun kamp penampungan pengungsi berkapasitas sekitar 80.000 orang. Kamp itu akan dibangun di Syria di area sepanjang 3,5 kilometer. ”Pembangunan infrastruktur akan segera kami mulai,” kata petinggi organisasi kemanusiaan Turki IHH. Rencana yang didukung penuh pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan itu juga melibatkan Bulan Sabit Merah Turki. (AFP/Reuters/BBC/hep)