
PIDIE JAYA (RA)– Korban gempa di Pidie Jaya, hingga saat ini masih trauma dan tidak berani tidur di rumah yang masih layak huni. Warga terpaksa mendirikan tenda-tenda darurat di depan rumah, tidur dalam tenda tersebut pada malam hari. Karena gempa susalan masih terus terjadi hingga Sabtu kemarin.
Sementara korban gempa yang rumahnya hancur memilih tidur ditenda-tenda pengungsi. Seperti di Kecamatan Trienggadeng, Ulim, Pante Raja, Meureudu, Meurah Dua, Jangka Buya, Bandar Baru dan Kecamatan Bandar Dua.
Umumnya, di pagi hari warga pengungsi ini pulang ke rumah untuk membersihkan perabotan rumah tangga yang berserakan dari runtuhan gempa. Ada juga yang pergi ke sawah untuk bercocok tanam dan kembali menguliti pekerjaan sehari-harinya. “Kan tidak mungkin selamanya kami hanya berharap bantuan sembako dari para donator ,” ucap Aisyah seorang korban gempa di Trienggadeng, kemarin.
Ia mengatakan, walaupun masih trauma dengan sering terjadinya gempa susulan, tapi tetap berusaha bekerja seperti sebelum gempa. Ia juga mengakui, tidak berani tidur di rumah dan memilih tinggal di tenda yang dibangun di depan rumahnya.
Hal senada juga disampaikan Geuchik Gampong Rawasari, Trienggadeng, Mustafa M. Yusuf. Ia menyebutkan, warganya yang mengungsi sebanyak 1.061 jiwa masih trauma dengan gempa susulan. “Posko pengungsi kita berada di Meunasah Rawasari dengan mendirikan tenda,”jelasnya.
Sementara itu pantauan Rakyat Aceh kemarin, sebagian korban gempa yang rumahnya hancur juga tetap mendirikan tenda darurat dan tidak mengungsi ke posko pengungsian yang telah disediakan.
Sedangkan, warga yang rumahnya tidak hancur masih tetap menempati rumahnya. Namun, ketika gempa susulan seperti yang terjadi pada Sabtu pagi kemarin, baru keluar dari rumah karena cemas rumah akan roboh. (arm/mai)