
RAKYAT ACEH (RA) – Kawanan gajah liar masuk pemukiman padat penduduk di Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie. Informasi warga setempat, kawanan itu berjumlah tujuh gajah. Mulai masuk pemukiman sejak Sabtu (7/1).
Begitu tahu kawanan gajah datang, warga Gampong Tuha Lala panik hingga berhamburan keluar rumah. Sejak tiga hari lalu, warga tidak berani tidur di rumahnya. Puluhan pria terus berusaha giring gajah agar keluar dari perkampungan. Pantauan Rakyat Aceh, sebelum terpecah, total anggota kawanan itu mencapai 25 gajah.
Kemarin, selain warga, proses pengiringan gajah juga melibatkan petugas kehutanan kabupaten, TNI dan Polri. Gajah digiring dari Gampong Tuha Lala hingga ke Babah Jurong.
Akibat posisi gajah dalam semak, pengiringan terpaksa dilakukan menggunakan kembang api. Kondisi diperparah dengan terpencarnya anggota kawanan. Bahkan satwa dilindungi itu bukannya kembali ke hutan, melainkan masuk ke kawasan padat penduduk gampong lainnya. Hingga mengancam keselamatan warga.
Ratusan warga yang panik, memadati jalan-jalan gampong. Kondisi tersebut semakin menyulitkan petugas mengiring gajah. Walau berulang kali diingatkan agar tidak mendekat, namun warga tetap nekat memadati lokasi untuk melihat langsung.
Geuchik Gampong Tuha Lala, Mursyidi alias Panyang, mengatakan gajah tersebut sudah sering masuk wilayahnya. Sebelumnya masuk perkebunan, sekarang sudah masuk kepemukiman warga. “Sudah tiga hari lalu kami ketahui keberadaan gajah tersebut.
Warga sudah mulai panik dan takut tidur saat malam, karena terkadang gajah berada di belakang rumah mereka,” jelasnya pada Rakyat Aceh, Ahad (8/1).
Menurutnya, perangkat gampong telah memberitahukan pada pemerintah setempat. Namun ia menilai, pemerintah lambat merespon, hingga warga terpaksa mengiring sendiri kawanan gajah.
“Kami kecewa pihak pemerintah lambat tanggani masalah gajah ini, padahal kasus ini sudah tahunan. Kami langsung gerak (giring) sendiri. Kami hanya ingin gajah tidak lagi kemari, jangan ganggu tanaman kami, itu saja keinginan kami,” katanya.
Sementara itu, petugas Kehutanan Kabupaten Pidie, Jubir mengatakan pihaknya telah berupaya menggiring gajah liar. Namun kesulitan ramainya warga yang memadati lokasi, sehingga pihaknya harus memperhatikan keselamatan warga.
“Kita terus coba giring gajah tersebut pakai mercon, tapi agak sulit karena banyak sekali warga yang menonton, sehingga gajah sungkan untuk keluar kawasan semak. Sudah dibantu Polisi dan TNI, tapi warga tetap pada tujuannya, yang ditakutkan adalah mengamcam keselamatan warga saat gajah mengamuk atau merasa risih ditonton beramai-ramai,” jelasnya.
Ia mengatakan, penggiringan akan dilanjutkan kembali sore hari (kemarin), sampai gajah tersebut keluar wilayah pemukiman penduduk. Terkait pengiringan menggunakan gajah jinak, pihaknya akan berkoordinasi dengan Muspika dan Pemkab Pidie.
Sekda Kabupaten Pidie, Amiruddin yang terjun langsung ke lokasi penggiringan mengatakan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait mengenai penanggulangan konflik gajah yang sudah berkepanjangan di Pidie, terutama wilayah Keumala, Kota Bakti, Mila dan Padang Tijie dalam kurun waktu dua tahun ini. Ia juga akan memperkuat wacana pembangunan Conservation Respon Unit (CRU) yang berada di Mane untuk dipindahkan atau dibangun di Keumala atau Mila.”Karena intensitas konflik yang tinggi di wilayah tersebut,” jelasnya. (zia/mai)