28 Ha Tanaman Padi Terancam Mati

Para petani melihat kondisi tanaman padi yang mati akibat imbas air banjir luapan limbah PT. Mifa Bersaudara di Desa Balee, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Ahad (15/1). DENI SARTIKA/RAKYAT ACEH

MEULABOH (RA) – Sekitar 28 dari 53 hektar sawah milik petani Desa Balee, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat teraNcam gagal panen setelah mengalami layu dan akar membusuk. Hal ini imbas dari air banjir luapan yang diduga mengandung limbah batubara PT. Mifa Bersaudara.

Sekretaris Desa Balee, M. Syam (41) membenarkan kondisi tanaman padi milik warganya telah layu dan akar padi mulai membusuk. Para petani di desanya mulai resah dengan acanaman gagal panen tersebut.
Kuning layu dan akar membusuk demikian, kata M. Syam, terjadi setelah area persawahan di desa tersebut terendam banjir luapan selama enam hari yang terjadi pada Rabu 4 Januari 2017 lalu.

Menurut warga, ancaman tanaman padi mati terjadi sejak perusahan tambang batubara PT. Mifa Bersaudara mulai beroperasi sekitar 3 Km dari area persawahaan warga.
“Area persawahan kami daerah rendah. Memang rawan banjir, pernah sawah sampai 15 hari terendam banjir, tapi tanamannya cuma layu saja, dan tetap berhasil panen. Tapi ini tanaman padi bukan hanya layu tapi akar mati membusuk karena diindikasikan air tercemar limbah batubara,” kata Sekdes Balee.

Selaku perangkat desa, dia mengaku serba salah merespon hal ini, karena diakui jika dirinya selalu aktif duduk bersama pihak perusahaan untuk menuntaskan segala aspirasi. Namun terkait masalah tanaman padi mati, ia mengatakan kerap mendapat teror dari kalangan petani agar menyuarakan kondisi tanaman padi kepada perusahaan.

“Makanya Jum’at (13/1) kemarin, saya undang perwakilan perusahan untuk dusuk bersama kelompok tani Sumber Amanah dan kelompok tani Ingin Maju, biar petani keluhkan langsung kepada perusahan,” bebernya.
Dari hasil musyawarah itu, terdapat beberapa poin yang menjadi tuntutan warga, yakni, pertama petani menjadi korban meminta perusahaan mengganti rugi, kedua petani meminta air limbah batubara PT. Mifa Bersaudara, tidak terulang mencemar sungai Desa Balee, baik sekarang dan kemudian hari,.

Ketiga petani juga memohon kondisi tanaman padi mati demikian tidak terulang dikemudian hari, dan memberikan limit waktu lima hari bagi perusahaan untuk menyelesaikan ganti rugi, terhitung sejak 13-17 Januari 2017, Keempat apabila poin tuntutan di atas tidak dipenuhi, maka perusahan akan menanggung akibatnya.

Desa Balee, merupakan perkampungan ring satu yang tepat berada di pinggiran area pertambangan batubara milik PT. Mifa Bersaudara. Mencapai 148 Kepala keluarga (KK) dengan 99 persen berprofesi sebagai petani. “Makanya saya juga memohon perusahan dapat merespon tuntutan warga. jika perusahan tambang batubara maju, masyarakat sekitar juga dapat maju,” harapnya.
Dirincikan, pada Desa Balee terdapat dua kelompok tani, yakni kelompok tani Sumber Amanah dengan area tanam sawah 25 hektar dan kelompok tani Ingin Maju 28 hektar. “Kelompok tani Sumber Amanah 10 hektar mati dan kelompok tani Ingin Maju mencapai 18 hektar yang mati,” detilnya.

Terpisah, Sekretaris kelompok tani Ingin Maju, Tahruddin mengaku mengalami kerugian besar, setelah 8 dari 9 petak sawah ukuran 25 kali 25 miliknya mati terendam air lumpur yang diduga berasal dari limbah batubara PT Mifa Bersaudara.
Kelompok tani Ingin Maju berjumlah 35 anggota, dari 28 hektar area tanam padi, sekitar 18 hektar terancam mati. “Kami sangat berharap pihak perusahaan bertangungjawab dan ke depan air lumpur limbah batubara tidak kembali meluap ke sungai Desa Balee,” pintanya.

External Relation Manager PT. Mifa Bersaudara, Azizon Nurza menjawab koran ini membenarkan adanya tuntutan warga. Dia juga mengakui seluruh poin yang menjadi tuntutan masyarakat telah masuk dalam meja laporan perusahan.
Namun, untuk memastikan tanaman padi masyarakat yang mati dampak dari limbah perusahan, disebutkan Azizon, membutuhkan uji laboratorium. “Senin (hari ini) kami (perusahan) bersama Dinas Pertanian dan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Aceh Barat akan turun ke lokasi untuk mengambil sample air,” jawabnya.

Terkait penyebab matinya tanaman padi apakah benar disebabkan tercemar limbah batubara atau tidak, Azizon meminta seluruh pihak dapat bersabar, karena membutuhkan hasil uji laboratorium. “Sekarang saluran limbah telah kami tutup, dan kami arahkan ke utara,” katanya singkat. (den/ara)