SIMEULUE (RA) – RSUD Simeulue setiap bulannya membutuhkan pasokan 150 kantong darah untuk memenuhi kebutuhan darah para pasiennya.
Permintaan darah dalam satu hari, sekitar 4-5 kantong darah, terutama untuk pasien bersalin dan pasien operasi.”Untuk kepentingan medis, dalam satu bulan kita membutuhkan sekitar 150 kantong darah atau perharinya sekitar 4-5 kantong darah,” kata Mahmud Riad, Kabid Penunjang Medis RSUD Simeulue kepada Rakyat Aceh, Jumat (20/1).
Untuk memenuhi kebutuhan darah, ada beberapa, seperti kegiatan donor darah dan diupayakan langsung oleh keluarga mencari pendonor untuk memenuhi kebutuhan darah segar bagi keluarganya yang dirawat. Tentunya untuk mencari dan mendapatkan pendonor darah yang sesuai dengan golongan darah pasien, membutuhkan waktu, sementara pasien harus mendapat pasokan darah segar dalam waktu yang tepat dan singkat.
Untuk itu, ia berharap PMI setempat bisa memiliki fasilitas Unit Transfusi Darah (UTD), sehingga nantinya dapat menampung berbagai jenis golongan darah dari para pendonor, sehingga saat emergensi darah sudah ada.Kalau mengandalkan stok darah disimpan ditempat penyimpanan RSUD tidak maksimal dapat digunakan, karena alasan pasokan listrik, sehingga mengakibatkan terjadi perubahan suhu ditempat penyimpanan, berdampak pada kualitas darah. “Kebiasaan pasien, lebih memilih darah segar langsung dari pendonor,” ujarnya.
Terkait alasan pasokan listrik menjadi kendala seperti disampaikan Mahmud Riad, Kabid Penunjang Medis RSUD Simeulue, mendapat reaksi dari, dr Armidin Rihad Wakil Ketua PMI Kabupaten Simeulue”Seharusnya fasilitas penyimpan darah itu, harus lebih dimaksimalkan, dan kalau listrik padam bukan menjadi persoalan, apa salahnya mereka beli UPS, untuk mempertahankan arus listrik ke fasilitas penyimpan darah,” katanya.
Menurutnya, bila fasilitas penyimpanan darah dioptimalkan dan dibackup dengan peralatan penyimpan arus listrik, maka darah dari pendonor dapat disimpan dengan suhu yang stabil, meskipun arus listrik dengan kondisi sedang padam.”Untuk membeli satu unit fasilitas penyimpan darah itu, membutuhkan miliaran rupiah, ketimbang buang-buang uang, lebih dibeli peralatan untuk mendukung arus listrik ke fasilitas penyimpan darah itu tidak berhenti total,” sarannya. (ahi/slm)