Menu

Mode Gelap
Korban Erupsi Gunung Marapi Ditemukan 1,5 Km dari Kawah Cak Imin Resmikan Posko Pemenangan Musannif bin Sanusi (MBS) Perangkat Desa Sekitar Tambang Tantang Asisten Pemerintahan dan Dewan Lihat Objektif Rekrutmen Pekerja PT AMM Golkar Aceh Peringati Maulid Nabi dan Gelar TOT bagi Saksi Pemilu Ratusan Masyarakat Gurah Peukan Bada Juga Rasakan Manfaat Pasar Murah

INTERNASIONAL · 5 Feb 2017 07:34 WIB ·

Anak-Anak Dibunuh, Perempuan Di Perkosa , Sungguh Keji…..


 Ribuan warga Myanmar turun ke jalan menolak kekerasan yang dilakukan militernya dan menyerukan perdamaian di negaranya. (Ye Aung THU / AFP) Perbesar

Ribuan warga Myanmar turun ke jalan menolak kekerasan yang dilakukan militernya dan menyerukan perdamaian di negaranya. (Ye Aung THU / AFP)

Harianrakyataceh.com – kejian pasukan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya bukan isapan jempol semata. Laporan terbaru dari Komisi Tinggi HAM PBB (OHCHR) mendapati bukti-bukti betapa sadisnya perlakuan pihak militer.

JAMALIDA Begum masih ingat dengan jelas kengerian yang dialami saat masih berada di tanah kelahirannya. November lalu militer datang ke desanya di Hadgudgapara, Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Rumah-rumah dibakar. Suaminya dibunuh. Keesokan paginya, rombongan militer kembali datang. Mereka menggeret Jamalida dan para perem­puan lainnya ke lapangan kemudian memukuli mereka.

Tiga tentara Myanmar menarik Jamalida ke semak-semak dan memperkosanya secara bergiliran hingga tak sadar.

Beberapa minggu setelah kasus pemerkosaan itu, beberapa jurnalis asing datang ke desa. Mereka mewawancarai Jamalida dan beberapa korban pemerkosaan lainnya. Pada malam setelah wawancara tersebut, militer kembali datang dan menggorok leher pria yang menjadi penerjemah jurnalis asing itu. Mereka membawa foto Jamalida dan mencarinya ke rumah-rumah yang masih berdiri.

Militer tidak bisa menemukan karena penduduk telah memperingatkan Jamalida hingga dia bisa melarikan diri dengan se­lamat ke Bangladesh.

“Saya tidak akan pernah kembali. Kadang saya takut jika mereka akan menemukan saya di sini,” terang perempuan yang berhasil sampai di Bangladesh awal Januari lalu tersebut. Dia bukan satu-satunya perempuan etnis Rohingya yang mengalami kekejian tersebut. Hampir semua perempuan di shelter yang menampung etnis Rohingya di Bangladesh memiliki cerita serupa. Sejak kericuhan Oktober tahun lalu, ada 65 ribu etnis Rohingya yang menyeberang ke Bangladesh.

Jumat (3/2) OHCHR merilis laporan temuan mereka saat menyelidiki kasus kekejian terhadap etnis Rohingya di Myanmar. Ha­silnya jauh lebih mengerikan daripada kisah Jamalida. Dalam laporan tersebut, ratusan etnis muslim Rohingya telah dibunuh pihak pasukan keamanan Myanmar.

Tidak peduli apakah itu anak-anak ataukah orang dewasa, mereka dibunuh secara brutal. Para perempuan diperkosa be­ramai-ramai dan rumah mereka dibakar. Militer menebar teror hampir setiap hari di desa-desa yang mayoritas penduduknya etnis Rohingya. Mereka mengendarai helikopter dan menembaki penduduk dari atas.

“Dari data yang kami kumpulkan, tingkat kekejian baru-baru ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Ilona Alexander, anggota misi investigasi OCHCR untuk etnis Rohingya di Bangladesh dalam konferensi pers jumat lalu. Juru bicara OCHCR Ravina Shamdasani menambahkan, kekejian yang menyebar luas dan sistematik tersebut bisa dideskripsikan sebagai pembersihan etnis.

Misalnya, bayi 8 bulan dilaporkan dibunuh, sedangkan ibunya diperkosa secara masal. Bocah perempuan yang masih 5 tahun dibunuh setelah mencoba melindungi ibunya yang hendak diperkosa. “Kebencian semacam apa yang bisa membuat seseorang menusuk bayi yang menangis karena ingin menyusu,” ujar Kepala OCHCR Zeid bin Ra’ad Zeid al-Hussein.

OCHCR mewawancarai 204 pengungsi Rohingya yang melarikan diri baru-baru ini. Sebanyak 101 di antaranya adalah perempuan. Separonya mengaku telah diperkosa masal maupun mengalami kekerasan seksual lainnya. Laporan tersebut tertulis bahwa kekejian di Myanmar sudah mengarah ke kejahatan melawan kemanusiaan.

Jubir Pemerintah Myanmar Zaw Htay langsung mengklarifikasi laporan PBB tersebut. Dia menyebutkan bahwa tudingan yang diarahkan ke pemerintah Myanmar sangat serius. Komisi khusus untuk masalah Rohingya yang dipimpin Wakil Presiden U Myint Swe akan menyelidiki klaim PBB itu. (AFP/Reuters/AP/IBI Times/sha/c21/any) 

Artikel ini telah dibaca 22 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

YARA Ajukan Permintaan Dokumen Pengelolaan Parkir Dishub dan RSUD Subulussalam

29 March 2024 - 15:34 WIB

Launching Berkah PLN Mobile, Pelanggan PLN di Aceh Bisa Mendapatkan Hadiah Umrah

29 March 2024 - 14:59 WIB

Bagaimana Hukum Mengerjakan Sholat Tarawih Tapi Belum Sholat Isya? Simak Penjelasannya!

29 March 2024 - 14:48 WIB

LPTQ Aceh Gelar Haflah Tadarus Ramadhan di Masjid Tungkop

29 March 2024 - 14:46 WIB

Persentase Kelulusan SNBP 2024 Siswa Aceh Capai 42,12 Persen, Meningkat dari Tahun Lalu

29 March 2024 - 14:26 WIB

Kapolres Nagan Raya akan Tindak SPBU Nakal yang Rugikan Masyarakat

29 March 2024 - 12:05 WIB

Trending di UTAMA