
MEULABOH (RA) – Kemarahan mahasiswa Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh memuncak, mereka pun melakukan aksi boikot kampus karena pertemuan dengan rektor di aula kampus tidak sesuai harapan. Bahkan komunikasi antara ratusan mahasiswa dengan pihak rekrorat sempat alot saat berlangsungnya audiensi.
Sebagai bentuk kekecewaan, secara spontan para mahasiswa melakukan aksi baikot dengan memasangi kayu dan bambu di pintu masuk menuju gedung rektorat, Senin (6/2) kemarin. Polisi pun turun tangan untuk mencegah aksi tidak berujung anarkis.
Presiden Mahasiswa (Presma) UTU Meulaboh, Basuki Yahya Sadewa mengatakan, mahasiswa sempat kalut saat 8 poin tuntutan yang diajukan tidak dipenuhi oleh pihak rektorat. Untuk meluapkan kekecewaan, mereka membaikot universitas dengan menutup akses keluar masuk gedung rektorat UTU.
“Audiensi dengan pak rektor tidak berjalan mulus. Beliau menolak menandatangi batas waktu penyelesaian 8 poin tuntutan kami,” kata Basuki.
Mendapat penolakan, mahasiswa sevara spontan lansung menutup pintu keluar masuk gedung rektor. Pemblokiran jalan tidak akan dibuka sebelum permintaan mahasiswa dipenuhi.
Di tengah kedaan demikian, kembali perwakilan mahasiswa terlihat dipanggil pihak rektorat untuk segera masuk kedalam gedung demi berdiskusi untuk mencari solusi yang menjadi permasalahan keluhan mahasiswa.
Basuki Yahya menjelaskan, poin yang menjadi tuntutan mahasiswa adalah masih sama seperti pada aksi sepekan lalu, yakni menuntut pelayanan akademik dioptimalkan, mulai dari mendisiplinkan mental dosen selaku pendidik, pengelolaan anggaran kampus, sampai meminta ditambah teller pembayaraan SPP.
“Teller pembayaran SPP hanya disedikan satu, sedangkan mahasiswa yang mau membayar SPP mencapai ribuan,” ujar Basuki.
dampak dari hanya tersedianya satu teller pembayaran SPP di Bank BNI Meulaboh, menyebabkan antrian panjang. Sementara limit waktu yang ditetapkan untuk pelunasan SPP hanya sepekan. “Tiap tahun pasti kedapatan mahasiswa tidak berhasil membayar SPP. Kan sayang,” tegasnya.
Kebijakan lain yang tidak efektif, kata mahasiswa, mulai semester lalu, pihak kampus memberlakukan kebijakan pergantian semester genap ke semester ganjil selama empat bulan. Dengan limit waktu tersebut, sangat tidak efektif dan merugikan kalangan mahasiswa, sebab banyak dosen yang masih malas masuk jam belajar sampai berdampak tidak mampu menghabiskan mata kuliah atau Satuan Kredit Semester (SKS) yang ada.(den/slm)