Irigasi Alue Peuraden Meluap 80 Keluarga Mengungsi

BANJIR LUAPAN: Warga melintasi genangan banjir luapan irigasi Alue Peuraden, Bireuen, Selasa (21/2). Banjir luapan ini melumpuhkan aktivitas belajar mengajar beberapa sekolah dan merendam ratusan rumah di Pulo Ara. RAHMAT HIDAYATI/RAKYAT ACEH

BIREUEN (RA) – Hujan lebat menyebabkan irigasi Alue Peuraden, Kota Bireuen tidak mampu menampung debit air hingga meluap, Senin malam. Banjir luapan telah melumpuhkan aktifitas belajar mengajar di SDN 8 Juli Setuy, Kecamatan Juli dan SDN 15 Pulo Ara, Kecamatan Kota Juang.

Selain itu, ratusan rumah juga terendam di Pulo Ara Cureh. 80 Keluarga di Desa Cot Meurak Juli juga terpaksa mengungsi ke meunasah terdekat sejak kemarin pagi.

“Ada sekitar 80 KK warga di Cot Meurak harus mengungsi sudah kami salurkan bantuan masa panik untuk dapur umum di halaman meunasah,” ungkap Kepala Dinas Sosial Bireuen, Murdani, Selasa (21/2).
Ditemui di lokasi, Kasi Pemberdayaan Sosial Ilyas Cut Ali, menyatakan sebelumnya Kepala Dinas Sosial menginformasikan bahwa banjir telah merendam pemukiman warga di Kecamatan Kota Juang dengan ketinggian air bervariasi.

Menurut Kaur Bidang Agama Desa Cot Meurak Juli, Fitrianur mengatakan 80 KK mengungsi ke meunasah itu warga di Dusun Utara dan Dusun Tengah. Ia menyebutkan sebagian besar rumah terendam dengan ketinggian mencapai setengah meter.

Fitrianur berharap pemerintah memperbaiki saluran yang ada dan membangun saluran di pinggir jalan negara. Ia yakin, jika usulan warga itu ditindaklanjuti pemerintah, banjir dapat tertanggulangi.
Harapan yang sama juga diungkapkan Wakil Ketua Komisi C DPRK Bireuen, Zulfikar yang juga rumahnya terendam banjir. Ia menjelaskan banjir luapan Alue Peuraden sering melanda desa dalam Kota Bireuen itu. Pemerintah diharap memperbaiki saluran utama berada dipinggir jalan nasional untuk kelancaran aliran air dari pemukiman penduduk sekitar.

Kepala SDN 15 Pulo Ara, M Nur mengatakan aktifitas belajar mengajar terpaksa diliburkan. 127 murid tidak bisa belajar sebab enam ruang belajar dan tiga ruang lain terendam. Awalnya para guru tetap datang ke sekolah, namun terpaksa pulang setelah melihat air setinggi lutut orang dewasa. (rah/mai)