Harianrakyataceh.com – Izin pembangunan permukiam baru di Tepi Barat menyebabkan gelombang aksi penusukan kembali beriak. Sabtu (1/4) waktu setempat, polisi Israel menembak mati Ahmed Ghazzal.
Pemuda Palestina yang masih berusia 17 tahun itu telah menusuk tiga orang di Kota Tua Jerusalem sebelum akhirnya ditembus timah panas. Dua diantaranya adalah warga Yahudi ultra-ortodoks dan yang lainnya adalah polisi. Pasca kejadian, rumah Ghazzal di Nablus, Tepi Barat, langsung dirazia.
Alasan Ghazzal melakukan penusukan memang masih belum jelas. Namun mayoritas penduduk Palestina yang melakukan penyerangan adalah mereka yang menuntut agar Israel menghentikan pendudukan di tanah mereka.
Kekerasan sporadis tersebut dimulai sejak Oktober 2015 dan menewaskan 242 warga Palestina, 2 turis Amerika Serikat (AS), dan 37 warga Israel.
Di hari yang sama, ratusan warga Arab Israel dan Yahudi turun ke jalan menentang pendudukan Israel di tanah Palestina. Mereka tergabung dalam kelompok Standing Together dan ingin agar ada solusi damai atas konflik kedua negara.
”Apa yang terjadi pada Ghazzal adalah pengingat yang menyakitkan atas harga yang harus dibayar karena pendudukan. Ini (kekerasan Red) harus diakhiri,” ujar anggota kelompok Itamar Avneri. Massa berjalan dari Gan Hasus menuju Kota Tua Jerusalem. Anggota Knesset (Parlemen Israel Red) Zehava Galon dari Partai Meretz juga ikut dalam aksi ini.
Sementara itu Gedung Putih mendiamkan pendudukan baru yang dilakukan oleh Israel. Salah seorang penjabat di Gedung Putih mengungkapkan jika Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berkomitmen menggantikan rumah warga Amona sebelum ada kesepakatan dengan Presiden Donald Trump.
Februari lalu, rumah 40 keluarga di Amonoa digusur karena dibangun tanpa izin di tanah pribadi warga Palestina. Saat itu Netanyahu berjanji untuk menggantikan rumah mereka. Pasca penggusuran itu, politisi yang akrab disapa Bibi itu bertemu dengan Trump di Gedung Putih.
Trump meminta agar Israel menghentikan dulu pembangunan permukiman di tanah Pelestina. Gedung Putih seakan tidak mau tahu jika rumah pengganti untuk warga Amonoa itu juga dibangun di tanah Palestina.
Terpisah, Duta Besar Swedia untuk PBB Olof Skoog menegaskan bahwa negara-negara anggota Dewan Keamanan (DK) PBB harus merespon langkah Israel. Sebab DK PBB sebelumnya telah mengeluarkan resolusi agar Israel menghentikan seluruh aktivitas pendudukan dan pembangunan permukiman baru di Palestina.
”Situasi yang mendesak dan kemunduran di lapangan seharusnya membuat DK untuk bertindak, meski kita tahu bahwa mencari kata sepakat dalam masalah ini tidaklah mudah,” tegasnya. (Reuters/Hareetz/sha/sof)