Cerita Arcandra Tahar, Perdana ke Aceh dan Nokia yang Layu

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Arcandra Tahar memberi keterangan terkait penyelesaian krisis listrik yang dialami Aceh, usai mengisi orasi ilmiah di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Banda Aceh, Sabtu (8/4). MURTI ALI LINGGA / RAKYAT ACEH
BANDA ACEH (RA) – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arcandra Tahar mengakui dirinya baru pertama kali berkunjung ke Aceh. Padahal jarak tempat ia lahir dengan Aceh tidak terlalu jauh, bahkan masih satu pulau.
“Saya baru pertama kali ke Aceh, padahal jarak dari tempat saya lahir, Padang, Sumatera Barat tidak jauh ke Aceh,” kata Arcandra di Gedung Activity Center (AAC) Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, Sabtu (8/4) kemarin.
Diketahui Arcandra di undang ke Aceh untuk memberikan orasi ilmiah pada acara Dies Natalis ke-35 Fakultas Kedokteran (FK) Unsyiah. Di hadapan Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Wakil Rektor I Unsyiah Hizir Sofyan, Dekan FK Unsyiah Maimun Syukri beserta tamu undangan, ia berorasi dengan bertajuk “Pembangunan Sumber Daya Manusia Sebagai Salah Satu Warisan Penting Suatu Bangsa”
“Terimakasih banyak, saya sudah dipercaya dan diberi kesempatan untuk memberi orasi ilmiah pada Dies Natalis FK Unsyiah ke-35. Ini merupakan sebuah kehormatan bagi saya,” ujarnya.
Arcandra dalam orasinya, lebih banyak membeberkan dan menjelaskan kenapa dirinya tidak pernah bertandang ke Tanah Rencong, Aceh, dibandingkan materi orasi yang bawakan. Ia menyebutkan, dirinya lebih lama tinggal di luar negeri dibandingkan di Indonesia, termasuk tempat kelahirannya.
Setelah menamatkan SMA di Padang, ia melanjutkan pendidikan ke pulau Jawa dan masuk perguruan tinggi, Institut Teknologi Bandung (ITB) mengambil jurusan Teknik Mesin dan berhasil mendapat gelar S1 pada 1994.
“Saya tidak lama (tinggal) di Indonesia. Tinggal di Indonesia hanya 16 tahun dan lebih lam di Amerika (Serikat), 20 tahun,” sebutnya.
Ia menambahkan, setalah lulus dari ITB ia melanjutkan studi ke negara yang dikenal julukan Negeri Paman Sam alias Amerika Serikat (AS). Di sana ia juga melenjutkan studi dan setelah selesai, Arcandra baru mencari peruntingan untuk bekerja.
Disebutkannya, tujuan utama untuk mencari kerja di AS ketika itu bukan tertuju dan fokus pada penghasilan, namun lebih pada coba-coba untuk mencari peruntungan. Selama hidup di AS, Arcandra tinggal kawasan Houston, Texas.
“Niat awal waktu itu cuma coba-coba dan cari pengalaman, setelah itu baru pulang,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Arcandra juga sempat menyinggung peran dan tanggung jawab generasi muda untuk mamujukan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Menurutnya, generasi-generasi bangsa harus lebih terampil dan berkompetensi agar mampu bersaing dengan negara-negara lain. Selain itu dibutuhkan dukungan semua pihak, khususnya pemerintah guna mewujudkan putra-putri Indonesia yang berdaya saing.
Ia menganalogikan persaingan itu seperti persaingan di dunia teknologi. Dulu, katanya, Nokia produsen seluler bermarkas di Finlandia bisa dan mampu menguasai pangsa pasar, mengalahkan para pesaing-pesainnya. Namun seiring perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, semua berubah dan kini Nokia sudah layu (tertinggal).
“Dulu, kita semua pakai hanphone (merek) Nokia. Sekarang sudah tidak, kita sudah pakai yang lain. Kenapa (Nokia) bisa layu, karena tidak mampu bersaing dan beradaptasi dengan zaman,” pungkasnya.
“Begitu juga dengan kita (generasi muda) kalu tidak mampu bersaing,” timpalnya.
Arcandra berorasi orasi sekira satu jam lebih. Setelah selesai, ia dipersilakan berdiri di panggung persis di hadapan para hadirin dan diberikan sebuah plakat. Plakat tersebut diberikan langsung oleh Dekan FK Unsyiah dan didampingi Gubernur Aceh beserta Wakil Rektor I Usnyiah.
Arcandra Ber-selfie Ria
Tak hanya jago dan piawai berorasi memberi motivasi kepada hadirin Dies Natalis FK Unsyiah ke-35. Arcandra rupanya juga “deman” selfie.
Selepas orasi ia berinisiatif menyambangi para hadirin yang didominasi oleh mahasiswa FK. Ia tersenyum kecil sembari menyalami para mahasiswa. Seketika ia langsung dikerumini dan diajak ber-selfie.
“Pak, Pak Arcandra, kemari foto (selfie),” ajak seorang mahasiswa.
“Pak, pak, pak, kemari juga,” pinta mahasiswa lainnya.
Selangkah demi selangkah, Arcandra berjalan meladinin “rayuan” dan ajakan para mahasiswa. Satu per satu ia ladeni untuk bersefie.
“Pak, pak (lihat) kemari (sambil menekan tombol). Ye… Ye…,” cetus mahasiswa yang berhasil selfie.
Ratual yang seakan wajib itu berlangsung sekira sepuluh menit. Raut wajah para mahasiswa yang berhasil menggaet Arcandra ber-selfie telihat ceria dan senyum mereka tampak sumeringah.
Setelah meladeni para mahasiswa, Arcandra langsung menuju ke salah satu ruangan di ACC Dayan Dawood Unsyiah yang telah dipersiapkan panitia untuk istirahat sejak dan menyantap makan siap bersama Gubernur Aceh dan pejabat lainnya.
Usai santap siang, Arcandra Taher dan rombongan pun meninggalkan AAC Dayan Dawood Unsyia untuk pulang ke Jakarta. Langkah terakhir di Unsyiah diantar dan didampingi langsung oleh Gubernur Aceh.
Arcandra pun masuk ke dalam mobil dan menutup jendela kaca mobil yang ia tumpangi, sambil melambaikan tangan. [mur]