BLANGPIDIE (RA) – Ratusan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) mulai dari Dewan Mustasyar (Dewan Penasehat), Pengurus Harian Syuriyah, A’wan (Dewan Pakar) dan Pengurus Harian Tanfidziyah menyatakan mundur massal dan keluar dari keanggotaan NU. Aksi ini terkait dengan sikap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj yang mendukung Ahok di Pilkada Jakarta.
Pernyataan mundur massal itu disampaikan dalam konferensi pers yang digelar di Cafe Lauser, Ahad (16/4). Hadir dalam acara tersebut pengurus inti PCNU Abdya terdiri Ketua Dewan Mustasyar Tgk Abdurahman Badar, Ketua dan Sekretaris Harian Syuriyah Tgk Armisli dan Tgk Amirman, Sekretaris Tanfidziyah Tgk Asyari, Pengurus Syiriyah Tgk Dahlan dan Tgk Junaidi Abda.
Ketua Harian Syuriyah PCNU Abdya Tgk Armisli menyatakan, mundurnya seluruh pengurus sebagai protes terkait sikap Ketua Umum Besar Nadhatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj yang mendukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.
Diakuinya, sikap mundur tidak berpengaruh terhadap Pilkada DKI. “Namun ini bukti kami membela Islam dan pemimpin Islam. Setidaknya di akhirat Allah SWT tahu PBNU Abdya menolak kafir jadi pemimpin,” tegasnya.
Disebutkan, selaku umat Islam saat berhadapan dengan kafir, tidak mungkin membela orang kafir, yang harus dibela harus orang Islam. Bukan seperti yang dipertontonkan oleh BPNU Pusat yang mendukung kafir. Selanjutnya, ketua sudah mengajak umat untuk mendukung Ahok, yang diketahui Ahok itu kafir yang menabuh perang terhadap Islam dengan menghina Alquran.
“Kami berpikir itu taktik masuk ke kelompok Ahok sebagai siasat politik untuk mengalahkan, ternyata serius sekali tidak ada tanda tanda mundur membela kafir,” jelasnya terkait alasan kenapa baru mundur sekarang.
Tgk. Dahlan yang juga Ketua MPU Abdya menyatakan, sangat tidak setuju ideologi Ketua PBNU Pusat. Dasarnya, pertama Surat Albaqarah yang intinya sama sekali tidak senang yahudi dan nasrani terhadap Islam. Kedua, hadis Nabi. “Saya khawatir umatku lahir pemimpin-pemimpin menyesatkan umat yang menginjak ajaran Islam.
Ditambahkan, pemimpin adalah penganti para nabi menjaga syariat Islam dan politik di dunia yang islami. Bila ada pemimpin yang membela kafir dari pada Islam, maka Islam akan runtuh dan umat Islam akan kacau. “Pemimpin yang begitu jangan diikuti,” tegasnya.
Sementara Tgk junaidi menyebutkan, tidak boleh lemah dengan kafir. Bila diam, berarti sudah setuju dengan sikap mareka yang melemahkan Alquran. Sekretaris PCNU Abdya Tgk Asyari menyatakan sikap Said Aqil sangat menyinggung perasaan umat Islam terutama di Kabupaten Abdya, karena lebih memilih kafir dari pada Islam untuk memimpin Jakarta.
Selain itu, mundurnya seluruh pengurus NU Abdya karena sikap Ketua PBNU Pusat yang telah melanggar ADRT NU secara umum terutama sikap dan ucapan yang merendahkan NU di mata umat. Mundurnya seluruh PCNU Abdya sudah disampaikan kepada Ketua PCNU Abdya H. Husaini Haji yang berhalangan hadir karena sedang berada di luar daerah. Pada intinya semua sepakat mundur.
“Saya disuruh menghadiri konferensi pers oleh ketua untuk menyatakan membubarkan diri dari NU,” tuturnya.
Ia berharap, mundurnya PCNU Abdya bisa ditiru oleh seluruh PCNU yang ada di Aceh dan Indonesia karena sikap ini adalah bentuk penolakan terhadap BPNU Pusat. Tgk Abdurahman Badar menyatakan, menarik diri dari kepengurusan PCNU Abdya karena kecewa dengan sikap PBNU Pusat yang sudah menyentuh aqidah, akibat ucapan dan sikap politik yang mendukung Ahok yang bukan beragama Islam.
“Kita mundur dan keluar dari NU karena pengurus NU Pusat sudah mendukung kafir,” tegasnya.(ria/mai)