
Harianrakyataceh.com – Situasi di Semenanjung Korea kian genting. Kantor berita Interfax melaporkan jika militer Rusia bersiaga di dekat wilayah yang berbatasan dengan Korea Utara (Korut).
Penduduk setempat bahkan mengaku melihat armada militer Rusia bergerak menuju Pyongyang. Rusia selama ini merupakan sekutu dari negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un tersebut.
Pergerakan pasukan ke Korut itu langsung diklarifikasi oleh juru bicara distrik militer Timur Rusia Alexander Gordeyev. Dia membenarkan jika ada pasukan di perbatasan Rusia-Korut.
Namun mereka hanya latihan, bukan mengirim armada militer ke Pyongyang. Latihan itu pun sudah direncanakan jauh hari sebelumnya, tidak ada hubungannya dengan urusan politik.
”Perangkat militer yang dilihat oleh penduduk sudah dikirim kembali ke pangkalan setelah latihan selesai,” ujarnya. Saat konflik di Ukraina berkecamuk awal 2014 lalu, Rusia juga melakukan hal serupa.
Mereka mengirim pasukan ke perbatasan untuk membantu pasukan pemberontak pro-Rusia. Tidak menutup kemungkinan strategi serupa akan digunakan di Korut.
Di lain pihak salah satu pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang diwawancarai oleh CNN mengungkapkan jika sejak Rabu (19/4) Tiongkok menyiagakan armada militernya.
Mulai dari pesawat tempur, pesawat pengebom yang bisa menembakkan misil, hingga armada militer di darat. Alat utama sistem pertahanan (alutsista) milik negeri panda yang sebelumnya dikandangkan kini mulai dicek satu per satu kelayakannya. Dengan begitu, ketika benar-benar terjadi konflik di Semenanjung Korea, Tiongkok bisa merespon secepatnya.
Media-media Tiongkok tidak membahas masalah persiapan alutsista tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok kemarin (21/4) mengungkapkan jika dia tahu tentang laporan CNN tersebut. Namun dia tidak mau memberikan komentar apapun terkait hal tersebut. Menurutnya, opsi utama Tiongkok tetap penyelesaian lewat jalur dialog.
”Kami harap semua pihak yang terkait bisa mencapai kata sepakat dan membuat usaha-usaha praktis,” tegas Lu.
Meski Tiongkok belakangan memuji langkah AS dalam menghadapi Korut, namun Beijing dipastikan tidak ingin rezim Kim Jong-un diserang dan jatuh. Sebanyak 85 persen perdagangan Korut dilakukan dengan Tiongkok.
Bentrok juga bakal menyebabkan gelombang pengungsi besar-besaran dari Pyongyang ke Beijing. Bukan hanya itu, jika Korut kalah maka kemungkinan besar Korut dan Korsel bakal bersatu. Reunifikasi tersebut bakal menguntungkan AS sebagai sekutu Korsel, bukannya Tiongkok.
Namun mengendalikan situasi di Semenanjung Korsel juga sulit bagi Tiongkok. Sebab Kim sulit untuk diatur. Korut sudah bersiap melakukan uji coba nuklir yang keenam. Kantor berita Yonhap mengungkapkan jika AS telah mengirimkan pesawat khusus untuk mendeteksi dan mengidentifikasi kemungkinan uji coba nuklir yang dilakukan Korut. Ada spekulasi jika Pyongyang sudah memberitahukan Beijing tentang rencana mereka melakukan uji coba nuklir.
”WC-135 Constant Phoenix, pesawat khusus milik AS, hari ini terbang darurat di atas Laut Timur,” ujar sumber yang memberikan informasi pada Yonhap. (Reuters/CNN/sha/tia)