Kami Menuntut Facebook, Google, dan Twitter!

MILITAN: Tashfeen Malik dan Syed Farook. (UTERS/US Customs and Border Protection/Handout/File Photo via REUTERS)

Harianrakyataceh.com – Para anggota dari tiga korban penembakkan di San Bernardino, California, Desember 2015 menuntut Facebook, Google, dan Twitter. Mereka mengklaim, ketiga perusahaan itu sudah mengizinkan ISIS untuk berkembang pesat di media sosial.

”Selama bertahun-tahun, para tersangka sudah mengetahui dan secara gegabah menyediakan akun untuk grup teror ISIS di media sosial sebagai alat menyebarkan propaganda ekstrimis, menggalang dana, dan menarik anggota baru,” kata juru bicara dari Sierra Clayborn, Tin Nguyen, dan Nicholas Thalasinos dalam tuntutan sebanyak 32 halaman.

”Tanpa akun Twitter, Facebook, dan Google YouTube, perkembangan ISIS selama beberapa tahun terakhir menjadi grup teror paling menakutkan di dunia tidak akan terjadi,” sambung mereka dalam tuntutan yang dilayangkan di Pengadilan Distrik Los Angeles, AS, Jumat (5/5).

Juru bicara Twitter dan Google belum memberikan pernyataannya atas tuntutan hukum ini. Sementara perwakilan Fecebook belum bisa dimintai keterangan.

Penembakan di San Bernardino melibatkan Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik. Suami istri itu menembaki gathering liburan teman-teman Farook di gedung pemerintahan di San Bernardino pada 2 Desember 2015. Dalam insiden itu, 14 orang tewas dan 22 lainnya terluka.

Farook, lelaki berusia 28 tahun kelahiran AS dari imigran Pakistan dan Malik, 29, warga asli Pakistan juga tewas setelah ditembak mati polisi usai pembunuhan itu.

Otoritas menyebutkan kalau pasangan itu terinspirasi militan Islam. Dan kejadian mematikan tersebut dinobatkan sebagai serangan mematikan oleh Islam radikal di tanah AS sejak serangan 11 September 2001.

Pada Juni 2016, serangan serupa yang dilakukan warga kelahiran AS mematikan 49 orang di salah satu klub malam di Orlando, Florida. Pelaku kemudian ditembak juga oleh polisi. Pada Desember 2016, keluarga dari tiga orang yang terbunuh di klub malam itu juga menuntut Twitter, Google, dan Facebook. (reuters/tia)