Harianrakyataceh.com – Kecintaan Ali Hasjmy kepada dunia sastra konsisten hingga berusia 85 tahun. Ketika dalam keadaan sakit dan selama pra operasi lever di Singapura, ia masih sempat menyelesaikan satu buku di rumah sakit.
Semangat yang tinggi adalah satu hal yang paling diingat Kamal dari sosok Ali Hasjmy. Bagi Kamal Ali Hasjmy, Ayahnya adalah tokoh idolanya dan sekaligus bapak pendidikan. Hal itu sudah melekat bukan hanya untuknya, tapi seluruh Masyarakat Aceh. Namun, Ali Hasjmy ternyata lebih suka di panggil pujangga atau sastrawan.
“Kalau bapak pendidikan mungkin bukan saya sendiri, kata bapak,” cerita Kamal tentang sosok ayahnya kepada Rakyat Aceh di ruang tamu Museum Ali Hasjmy, Jumat (24/3) lalu.
Kemala merupakan putra bungsu Ali Hasjmy yang menetap di ibu kota negara, Jakarta. Minggu ketiga Maret 2017, ia sengaja berkungjung untuk melihat museum sekaligus rumah orang tuanya itu.
Kemal menuturkan, ketika masih duduk di bangku SMA ia pernah menyaksikan WS Rendra dan beberapa seniman dari Yogjakarta datang ke Museum bertemu ayahnya. Para seniman-seniman itu kagum dengan Ali Hasjmy lewat karya puisinya berjudul “Menyesal”.
Dikatakan Kemal, orang tuanya sudah mempunyai bakat dan kemampuan menulis sejak sekolah di Padang. bayaran hasil menulis itu digunkan untuk biaya sekolah. “Nulis-nulis di koran, buat cerpen dan karya sastra lainnya,” sebutnyanya.
Tindakan yang diperlihatkan orang tuanya, selalu mengajarkan sifat kemandirian dan tidak mau terlalu bergantung kepada orang lain. Tindakan-tindakan tersebut sangat sederhana.
Ia menilai, setiap tindakan yang diperlihtakan orang tuanya mengarjakan sifat kemandirian yang tidak mau terlalu bergantung kepada orang lain. Itulah nilai yang Kamal dan abang-abangnya peroleh dari sang ayah.
“Kita (tidak) usah bicara urusan dinasnya bapak, urusan pribadi saja. Seperti semir sepatu, itu bapak semir sendiri. Kuningan talipinggang juga bapak lap sendiri, tidak pernah minta bantu kami,” cerita Ketua Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy itu.
Meskipun saat menjabat sebagai Gubernur Aceh dan memiliki ajudan, Ali Hasjmy selalu menyiapkan semua perlengkapannya sendiri. Ia selalu siap untuk pergi kemanapun, karena semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah ada di tasnya, termasuk gunting kuku.
Kamal mengatakan, meskipun Ali Hasjmy sangat sibuk dengan urusan dinasnya, namun tetap menyempatkan waktu untuk keluarga. Bahkan Ali Hasjmy rutin mengajak keluarga berwisata. “Kalau sedang sibuk sekali, minimal sebulan pasti jalan. Di Banda Aceh kami diajak bapak jalan ke Lhoknga atau Lampuuk,” kenangnya.
Selain itu, jam makan juga menjadi ajang kumpul bersama keluarga untuk mengutkan kebersamaa. “Saat jam makan, kami pasti dipanggil. Duduk bareng untuk merekatkan hubungan keluarga. Padahal sudah makan. Tapi tetap duduk di meja makan bersama. Sampai bapak tua pun, kebiasaan itu masih berlanjut,” katanya.
Sosok Ali Hasjmy sangat dekat dengan anak-anaknya. Kamal saat itu sekolah di Banda Aceh sejak SD hingga SMA. Ia sering diajak menemani ayahnya berpergian. Ketika itu Kemal tinggal bersama kakaknya Dahlia Ali Hasjmy.
“Dek bapak mau ke sana, ikut ya. Biasa bapak ngajak, kayak ceramah di masjid, menasah, dan kegiatan masyarakat lainnya,” ujar Kamal, menirukan ajakan sang ayah.
Kedekatannya dengan sang ayah, mengajrkan Kamal tentang pentingnya kebersamaan dan kasih sayang terhadap keluarga, termasuk dengan si buah hati. Semasa orang tuanya hidup, selalu meluangkan waktu dan menyempatkan diri untuk jalan-jalan bersama cucunya
“Kalau ke tempat saya atau kakak dan abang saya di Jakarta, pagi bapak selalu sempatkan waktu jalan dengan cucunya. Kebiasaan itu memang dari dulu,” ucapnya.
Pernah suatu ketika, Kemal membuat janji dengan sang ayah untuk mengunjungi suatu tempat. Namun dirinya tidak menepati dan melewatkanya. Mesih telah ingkar janji, sang ayah tidak memarahinya dan lebih memilih diam. Seharian ia kepikiran dan merasa tak enak dengan ayahnya, karena belum pernah diperlakukan seperti itu.
“Saya tanya, bapak diam aja. Malamnya saya dipanggil. Katanya, sudah setua ini, kalau bapak sudah janji, selalu ditepati. Bapak cuma bilang itu aja,” ujarnya.
Menurut Kemal, sang ayah dikenal paling tidak suka dengan orang yang ingkar janji. Perlakuan yang diberikan sang ayah ketika itu, menjadi kenang yang sangat membekas baginya. Ia menjelaskan, sosok Ali Hasjmy selalu tepat waktu dan ketika membuat janji dengan orang lain, ia akan menunggu setengah jam, atau satu jam lebih awal.
“Pernah bapak sakit ketika menjabat sebagai Ketua MUI Aceh dan beragenda ke Langsa. Namun tetap berangkat, karena sudah janji,” kata Kamal.(mag77/mur).