Harianrakyataceh.com – Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan akan mengambil langkah keras dalam menghadapi militan. Peringatan itu diucapkan setelah memberlakukan kondisi darurat militer di Kepulauan Mindanao setelah militer gagal menyerang militan yang berkorelasi dengan ISIS.
Duterte pun ngamuk dan langsung mempersingkat kunjungannya ke Rusia. ”Saya akan memberlakukan darurat militer di Mindanao selama setahun bila dibutuhkan,” katanya.
Pertempuran yang terjadi di Kota Marawi yang sebagian besar penduduk musim membuat militer Filipina kocar kacir. Rencana militer untuk menangkap pemberontak grup Maute gagal total. Belasan pemberontak yang kabur setelah ditangkap di salah satu apartemen itu malah menyebar di jalan-jalan, jembatan, dan gedung-gedung. Mereka melawan balik dengan menyerang militer. Dalam insiden itu dua tentara dan seorang polisi terbunuh. Serta ada 12 orang terluka.
Asli Duterte adalah Mindanao dan dia sudah lama mengancam akan memberlakukan undang-undang darurat militer di pulau itu. Tujuannya untuk menghancurkan dua kelompok militan yang berkolerasi dengan ISIS.
Duterte mengatakan situasi di Mindanao bakal sama seperti tahun 1970 saat Presiden Ferdinand Marcos memberlakukan undang-undang yang sama. Masa-masa itu disebutkan rakyat Filipina sebagai masa paling gelap dari sejarah Filipina.
”Untuk warga negara saya yang sudah pernah merasakan darurat militer, ini tidak akan berbeda dari apa yang sudah Presiden Marcos lakukan. Saya akan keras,” kata Duterte dalam video di atas pesawat yang membawanya terbang ke Filipina dari Rusia.
”Jika butuh waktu setahun, saya akan melakukannya. Jika itu selesai dalam sebulan, maka saya akan bahagia. Jangan takut, saya akan pulang. Saya akan menghadapi masalah ini begitu saya sampai.”
Otoritas mengatakan kalau situasi di Marawi dalam kontrol. Namun, penduduk sipil mengatakan hal yang sebaliknya. Mereka menyebutkan Marawi berada di tangan pemberontah dan meminta penduduk sipil untuk keluar dari kota. ”Mereka menguasai jalan dan gedung utama di Marawi,” kata Rabani Mautum, seorang penduduk kepada Reuters. Rabani yang tinggal di kota Pantar dengan Marawi mengatakan kalau penduduk Marawi keluar kota untuk mencari selamat dengan mengendarai apa pun.(Reuters/tia/JPK)