Inilah Orang-orang yang Mengoreksi Alquran dari Kesalahan Tulis

TELITI: Dari kiri, Ida Zulfiya, Ahmad Jaeni, Fahrur Rozi, Ahmad Nur Qomari, dan Ahmad Khotib menunjukkan naskah yang mereka tashih. (Jawapos)

Setiap Alquran yang terbit di Indonesia harus melalui tim Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kemenag RI. Penemuan Alquran tanpa Surah Al Maidah ayat 51-57 yang menghebohkan hanyalah salah satu kasus.
KHAFIDLUL ULUM, Jakarta

SUDAH dua tahun Mushaf Jambi masuk ke LPMQ. Alquran tulisan tangan itu masih dalam proses pentashihan di lembaga yang terletak di Jalan Raya TMII Pintu I, kompleks Taman Mini Indonesia, tersebut.

Ada 10 pentashih atau pengoreksi yang dikerahkan untuk mengoreksi naskah baru. Agar tidak ada kesalahan yang luput, para pentashih harus membaca berulang-ulang. Setiap orang diberi tugas untuk membaca satu bundel naskah yang terdiri atas tiga juz.

Selesai dibaca, bundelan ayat suci itu diserahkan kepada pentashih lain untuk dibaca ulang. Jadi, naskah akan terus berputar sampai tidak ditemukan lagi kesalahan.

Sampai saat ini, mushaf tersebut sudah dibaca puluhan kali. Proses koreksi masih berlangsung. ”Setiap halaman ditemukan banyak kesalahan,” terang Fahrur Rozi, Kasi Pembinaan dan Pentashih LPMQ, Jumat (26/5).

Kesalahan yang ditemukan, antara lain, kesalahan tulis, kesalahan harakat, dan kurang kata. Misalnya, pentashih menemukan kelebihan harakat pada Surah An-Najm ayat 32. Ada pula harakat yang kurang pada Surah Muhammad ayat 5.

Selain itu, ditemukan kesalahan harakat pada Surah Az Sukhruf ayat 58. Belum terhitung berapa jumlah kesalahan. Juga, belum diketahui kapan mushaf setebal 728 halaman itu selesai ditashih.

Dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses tashih karena teks itu merupakan tulisan tangan. Bukan tulisan yang berbentuk file. Dibutuhkan ketelitian yang luar biasa. Setiap pentashih bisa membaca puluhan kali atau puluhan putaran. Walaupun dibaca berulang-ulang, kadang masih saja ditemukan kesalahan.

Rozi menyatakan, sebelumnya lajnah juga mentashih Mushaf Banten. Ditemukan banyak sekali kesalahan. Ada ribuan kesalahan tulis. ”Sudah selesai ditashih dan sekarang sudah diterbitkan. Itu dua tahun baru selesai,” papar pria yang hafal 30 juz Alquran itu.

Penulisan mushaf baru merupakan program pemerintah provinsi. Baik Mushaf Banten maupun Mushaf Jambi. Ada tim khusus yang dibentuk untuk menulis kitab suci umat Islam itu. Mereka juga membutuhkan waktu lama untuk menulis Alquran.

Selain mentashih mushaf tulisan tangan, tim pentashih mengoreksi naskah dari penerbit. ”Setiap hari tugas pentashih adalah membaca Alquran,” terang Rozi.

Saat ini, kata dia, ada beberapa naskah dari penerbit yang berbeda. Ada naskah dari Penerbit Adhwaul Bayan Depok, Qolam Serambi Jakarta, Penertib Yayasan Al Madina Qurani Bandung, dan naskah lain. Total ada 20 naskah yang sedang diteliti dan dikoreksi.

Sebagian sudah siap diserahkan ke penerbit untuk dicetak. Sebagian lagi masih berada di tangan parapentashihuntuk diteliti secara mendalam. Semua harus ditashih sebelum disebar ke masyarakat.

Proses tashih hampir sama dengan mushaf baru. Namun, waktu yang dibutuhkan lebih cepat. ”Berputar tiga kali,” tutur Rozi.

Jadi, setiap orang bisa meneliti 9 juz. Harus tetap teliti dan cermat. Kadang adapentashihyang sudah membaca semua lembar ayat dalam bundel naskah yang belum dicetak itu dan tak menemukan kesalahan. Namun, ketika naskah itu dibaca orang lain, ternyata ditemukan kesalahan.

Pentashih yang sudah membaca harus menuliskan nama atau tanda tangan di kertas kuning yang ditempelkan dalam naskah tersebut. Misalnya, yang dilakukan Rozi setelah membaca naskah milik Penerbit Adhwaul Bayan. Dia menuliskan namanya di kertas kuning. ”Ini tanda kalau saya sudah baca naskah ini,” jelas ayah enam anak tersebut.

Alumnus Ponpes Tebuireng, Jombang, itu mengungkapkan, naskah dari penerbit umumnya hanya dibaca sekitar tiga putaran. Dalam sebulan, pentashih sudah merampungkan proses koreksi dan siap menyerahkannya ke penerbit.

LPMQ pun memberikan tanda tashih pada naskah tersebut. Namun, untuk koreksi Alquran yang disertai terjemah, tajwid, dan transliterasi atau ditulis dengan huruf latin, pentashih membutuhkan waktu lebih lama. Bisa dua sampai tiga bulan. ”Mushaf di Indonesia kan sangat beragam. Orang Indonesia sangat kreatif dalam penerbitan Alquran,” tutur suami Lailatul Zahra itu.(*/c5/oki/rie)