Keluarga PM Singapura Pecah, Masa Depan Negara Mengkhawatirkan

Pemakaman Lee Kuan Yew pada 29 Maret 2015 (AFP)

Harianrakyataceh.com – Dua adik kandung perdana menteri (PM) Singapura memutuskan hengkang ke luar negeri karena merasa tidak cocok lagi dengan kepemimpinan politik kakak mereka, PM Lee Hsien Loong. Pada Kamis (15/6), pukul 2.00, Lee Shien Yang, adik kandung Lee Hsien Loong, membuat pernyataan mengagetkan di Facebook.

Dia mengaku risau atas masa depan Singapura. Karena itu, dia dan istrinya akan meninggalkan Singapura untuk hidup di negara lain.

Adik Lee Hsien Loong yang lain, si bungsu Lee Wei Ling, bersikap sama. Dialah satu-satunya perempuan di antara tiga bersaudara anak pendiri Singapura Lee Kuan Yew. Dia lebih dahulu menunjukkan sikap tidak sejalan dengan kakak su­lungnya yang saat ini jadi PM Singapura.
Mereka belum mau menyebutkan hendak ke negara mana akan pergi dan tinggal untuk sisa hidup mereka Mereka juga belum menyebutkan kapan tepatnya meninggalkan Singapura.

Adik bungsu Lee Hsien Loong dikenal sangat dekat dengan sang ayah selama hidup. Perempuan itu tidak kawin dan terus tinggal serumah dengan Lee Kuan Yew sampai pendiri Singapura itu tutup usia pada 25 Maret 2015.

Si bungsu Lee Wei Ling pernah membuat pernyataan pendek secara terbuka dua tahun lalu bahwa mayat ayahnya tentu menangis kalau lihat suasana politik Singapura saat ini. Pernyataan itu sangat menghebohkan Singapura. Rakyat bertanya-tanya ada apa gerangan di dalam keluarga besar Lee Kuan Yew sepeninggal ibu dan ayah mereka.

Kini, dengan pernyataan susulan dari adik nomor dua tersebut, jelaslah bahwa memang ada persoalan serius di keluarga penguasa Singapura. Adik nomor dua itu terakhir menjabat pimpinan tertinggi otoritas penerbangan Singapura (semacam Dirjen Perhubungan Udara di Indonesia) dengan kekuasaan lebih luas. Dia sudah meninggalkan jabatannya itu untuk siap-siap meninggalkan Singapura.

Inilah berita terbesar dalam perpolitikan Singapura saat ini, mengingat negeri itu praktis dikuasai satu partai dan kebebasan berbicara sangat dikekang. Latar belakang sikap dua saudara muda PM Singapura tersebut baru lebih jelas setelah putra saudara nomor dua, Dr Li Shengwu, membuat pernyataan di Facebook-nya pada hari yang sama.

“Biasanya saya menghindar untuk berkomentar mengenai politik di Singapura,” tulisnya di Facebook. “Tapi, kali ini lain,” tambahnya.

Li Shengwu menulis bahwa beberapa tahun terakhir ini orang tuanya sangat mengkhawatirkan kurangnya kontrol atas jalannya pemerintahan di Singapura. Juga, mengkhawatirkan mengenai penyalahgunaan kekuasaan. (*/nw)