Menu

Mode Gelap
Korban Erupsi Gunung Marapi Ditemukan 1,5 Km dari Kawah Cak Imin Resmikan Posko Pemenangan Musannif bin Sanusi (MBS) Perangkat Desa Sekitar Tambang Tantang Asisten Pemerintahan dan Dewan Lihat Objektif Rekrutmen Pekerja PT AMM Golkar Aceh Peringati Maulid Nabi dan Gelar TOT bagi Saksi Pemilu Ratusan Masyarakat Gurah Peukan Bada Juga Rasakan Manfaat Pasar Murah

REDAKSI · 12 Jul 2017 04:02 WIB ·

Ubi Jemur Pengusir Lapar


 Ubi Jemur Pengusir Lapar Perbesar

Meulaboh (RA)-Hanya lima pohon sawit, bekalnya menjalani hari di usia senja. Acap kali, sebagai pengusir lapar, dirinya terpaksa menyantap ubi jemur. Namun Toyimah tak berhenti bersyukur.

Deni Sartika-Maulaboh

Tiang-tiang kayu terlihat lapuk dimakan usia. Sementara retak, nyaris menguasai seluruh lantainya. Begitulah kondisi gubuk yang dihuni Toyimah, warga Desa Persiapan Pasir Putih, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.
Duafa berusia 88 tahun itu, ditinggal meninggal suaminya tahun 2002 lalu. Selain terpuruk ekonomi, ia juga tinggal sendiri di gubuk reyotnya. Ia mengaku terkadang kesepian.

Hanya saja Toyimah tak ingin dikasihani keluarga apalagi tetangga. Kesehatannya yang menurun, ia tutup dengan beraktifitas saban hari. “Kedua anak saya telah menikah dan punya anak. Biar dia urus keluarganya saja,” katanya.

Kesendirian pulih hanya dengan bercengkrama dengan cucunya bila datang membesuk. Anak Toyimah yang paling kecil, Jemjem, memang sering mengunjunginya. Sepulang dari kabun, Jemjem pasti terlihat menyempatkan diri untuk melihat kondisi ibunya.

Serupa dengan ibunya Jemjem juga jelata. Setiap hari dirinya bertani mengurus sayur dan ubi. Toyimah dan anaknya, setiap hari konsumsi nasi beras Raskin tanpa lauk.

“Cukup ditaburi sedikit garam tanpa minyak, itu menu istimewa,” kata sang nenek.
Hidup semakin runyam, bila beras yang dibagikan untuk rakyat miskin itu macet tiga bulan. Toyimah terpaksa makan ubi sebagai pengganti nasi. Ubi itu berasal dari kebun Jemjem. Dicuci sampai bersih, dijemur hingga kering, lalu dikukus.

Cukup dengan hanya ditaburin garam atau gula, dikonsumsi tiga kali sehari. “Bentuknya macam tepung gitu. Enak lho nak, tapi jangan pakai cabe, bisa mules perut kita,” ungkap Toyimah.
Pendapatannya, tergantung dari lima batang sawit yang tumbuh di perkarangan rumah. “Tapi sekarang mulai murah dibeli buah sawit. Hanya Rp800 rupiah/kilogram. Sekali panen cuma dapat 20-30 kilogram, paling banyak dapat uang Rp30 ribu uang. Alhamdulillah juga,” ucapnya bersyukur.(mai)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Kemenhub RI Diingatkan Soal UUPA Dibalik Rencana Pengurangan Bandara Internasional

28 March 2024 - 00:00 WIB

Pj Gubernur Dampingi Menko PMK Kunjungi Warga Penerima Bantuan Pemerintah

27 March 2024 - 22:21 WIB

Upaya Stabilitasi Harga, Pemkab Aceh Besar Gelar Bazar Pangan Murah di Simpang Tiga

27 March 2024 - 17:42 WIB

Pj Bupati Aceh Besar dan Kapolresta Banda Aceh Launching Kampung Bebas Narkoba di Lheu Blang

27 March 2024 - 17:34 WIB

PLN UID Aceh Siap Mendukung PON XXI Aceh – Sumut 2024

27 March 2024 - 17:13 WIB

Polda Aceh Siapkan 3.200 Personel Amankan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah

27 March 2024 - 15:37 WIB

Trending di UTAMA