class="post-template-default single single-post postid-7517 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Ekspor Ikan Aceh 2024 Tembus 4,32 Juta USD Anggota DPRK Langsa Segel Ruang Ketua Dewan Sayuti Siap Rangkul Paslon Walikota-Wakil Walikota Tidak Terpilih Anggaran Pidie Jaya 2025 Hilang Rp 45,8 miliar KIP Tetapkan Walikota-Wakil Walikota Lhokseumawe Terpilih Sayuti-Husaini

INTERNASIONAL · 15 Jul 2017 02:36 WIB ·

Si Cantik Rayakan Ultah Bareng Korban Perang Iraq


 Aktivis muda Malala Yousafzai dari Pakistan. Foto: AFP Perbesar

Aktivis muda Malala Yousafzai dari Pakistan. Foto: AFP

HARIANRAKYATACEH.COM, MOSUL – Malala Yousafzai genap berusia 20 tahun pada 12 Juli lalu. Bertepatan dengan hari kelahirannya, gadis asal Pakistan tersebut melawat Iraq.

Tepatnya Kota Erbil dan Kota Mosul. Dalam kunjungan bertajuk Girl Power Trip itu, dia menemui anak-anak yang terpaksa putus sekolah gara-gara perang.

“Kami menghadapi situasi yang sama. Saat masih di Swat Valley dulu, saya dan teman-teman terpaksa mengungsi karena ancaman teroris dan ekstremis,” kata Malala di Kamp Hassan Shami.

Saat itu, dia dan keluarganya terpaksa mengungsi selama tiga bulan untuk menghindari Taliban.

Sedangkan anak-anak asal Mosul yang mengungsi ke Kamp Hassan Shami itu baru tiba pekan lalu.

Nayir, salah seorang remaja yang ikut menemui Malala di Kamp Hassan Shami, menyatakan bahwa dirinya putus sekolah sejak sebelum meninggalkan Mosul.

“Pada tahun pertama pendudukan ISIS, saya masih bersekolah. Tapi, pada tahun kedua, ISIS mengganti kurikulum dan saya tidak lagi ke sekolah,” ujar perempuan 13 tahun tersebut.

Meski putus sekolah sejak 2015, dia baru bisa kabur dari Mosul beberapa pekan lalu.

Menurut guru-guru di Mosul, ISIS mengambil alih sekolah mereka dengan paksa.

Pelajaran di sekolah diganti dengan doktrinasi ISIS.

“ISIS mengganti apel yang biasanya kami gunakan untuk membantu siswa dalam pelajaran berhitung dengan peluru. Pelajaran bahasa Arab berubah menjadi acara mendongengkan kisah remaja pelaku bom bunuh diri,” kata salah seorang guru di Mosul.

Kehadiran ISIS di sekolah itu membuat para orang tua enggan menyekolahkan anak mereka.

Maka, Nayir dan teman-teman sebayanya memilih putus sekolah.

Tapi, di kamp pengungsi, mereka kembali ke bangku pendidikan.

Meski terpaksa menuntut ilmu di dalam tenda dengan temperatur udara yang mencapai 40 derajat Celsius, Nayir dan teman-temannya bersemangat.

“Kami perlu menegaskan ini kepada keluarga para pengungsi di sini. Bahwasanya pendidikan adalah yang terpenting untuk anak-anak mereka,” ujar Malala.

Pekan lalu, gadis yang kini tinggal di Inggris itu baru menamatkan pendidikan SMA.

Sejak kisah heroiknya melawan Taliban demi mengenyam pendidikan tersiar ke seluruh dunia, Malala menjadi inspirasi bagi kaum muda untuk mencetak prestasi.

Selain melawat Kamp Hassan Shami di pinggiran Mosul, penerima Nobel Perdamaian 2014 itu menyapa anak-anak di Irbil. (time/nbcnews/hep/c21/any/jpnn)

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

SMK PPN Saree Rayakan HUT Ke-58, Ini Penyampaian Kadisdik Aceh

6 February 2025 - 22:55 WIB

Museum Tsunami dan PBB di Indonesia Gelar Pameran Foto

6 February 2025 - 20:21 WIB

Proyek Pembangunan Dermaga Kapal Cepat BPKS Terindikasi Sarat Permainan

6 February 2025 - 16:33 WIB

Helikopter Terbakar di Bentong, Malaysia, 1 Petugas Lapangan Meninggal

6 February 2025 - 15:21 WIB

Harlah Ke-102 NU, Presiden Prabowo Apresiasi Jasa Besar NU Terhadap Indonesia

6 February 2025 - 14:31 WIB

Presiden Prabowo dan Menkes Budi Bahas Program Cek Kesehatan Gratis, Mulai Berjalan 10 Februari

5 February 2025 - 17:01 WIB

Trending di UTAMA