
Tinggal di rumah beratap rumbia dan bocor serta berlantai tanah, membuat Zulyadaini harus rela anaknya tidur di rumah tetangga.
Ibrahim Istra-Nagan Raya
Kehidupan Zulyadaini, pria berusia 45 tahun ini sangat memprihatinkan, selain hidup di bawah garis kemiskinan, bapak dua anak itu juga tidak memiliki pekerjaan tetap untuk hidupi buah hatinya.
Zulyadaini bekerja tidak menentu, penghasilannya Rp500 ribu perbulan dan tinggal di rumah bekas milik familinya. Rumah berlantai tanah, atap rumbia dan bocor. Rumah itu diapit berbagai rumah mewah.
Ia memiliki dua anak, laki-laki dan seorang perempuan. Ketika malam tiba, anaknya terpaksa tidur di rumah tetangga. Pagi baru kembali ke rumah, sedangkan dirinya tetap bertahan di rumah meski atap bocor, dinding papan yang sudah lapuk dimakan usia dan penuh lubang. Anak bungsunya, Muhadisin (17), tidak dapat menyelesaikan Sekolah Menegah Atas (SMA), hanya sebatas kelas II di bangku pendidikan itu.
Muhadisin yang saat ini membantu pekerjaan sang Ayah, untuk membiayai kuliah kakaknya, Riska (21) yang sudah masuk semester lima di salah satu Universitas di Nagan Raya. Ia mengaku tidak pernah menerima beasiswa untuk dua anaknya dari pihak menapun.
Tgk. Dun nama sapaan, Zulyadaini telah bercerai sejak tahun 2014 lalu. Saat itu juga tinggal di rumah reot tersebut di Gampong Paya, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya.
“Untuk membiayai anak saya di pendidikan, saya tidak ada menerima beasiswa dari pihak lain, tapi hanya dengan penghasilan saya sehari-hari,” kata Zulyadaini.
Menurutnya, tinggal di rumah itu sudah berlangsung 15 tahun, beberapa tahun lalu, ia pernah mencari pekerjaan di Lagen, Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya, namun tidak begitu lama terpaksa pulang kembali rumah demi menjaga dua anaknya yang masih dalam pendidikan kala itu. “Yang sudah menatap di sini 7 tahun ini,”katanya.
Untuk menunjang kebutuhan keluarga, Zulyadaini tidak patah semangat. Ia menyewa sebidang tanah sawah di sekitar, menanam padi dan bekerja seorang diri.
“Ya kita setiap tahun menanam padi di tanah sewaan, sewa itu kita bayar dengan hasil penen nantinya,” katanya.
Sekarang di pertengahan tahun 2017 ini, Zulyadaini baru merasa lega, selain dua anaknya sudah besar dan dewasa, ia sudah mendapatkan rumah bantuan tipe 36 dari Batul Mal Nagan Raya yang saat ini sedang proses dibangun.
“Alhamdulillah sudah mendapat rumah yang diberikan pemerintah setempat, saya untuk mendapatkan rumah ini sudah beberapa kali didata semenjak tahun 2013 lalu, tapi Alhamdulillah sekarang sudah dapat,” tutupnya.(mai)