Ketika Kolam Mata Ie Kering
BANDA ACEH (RA) – Nisa Aliya, 6 tahun, berdiri tak jauh dari genangan air di dasar kolam renang setinggi tiga meter. Godaan untuk sekedar menginjakkan kaki ke dalamnya terlihat jelas, saat dia meminta kepada kakeknya untuk mandi dalam genangan air itu.
“Kek, mandi ya,” tanya Aliya kepada Basri.
Ternyata sudah beberapa hari ini, Basri dan Aliya datang ke Kolam Mata Ie di Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar itu. Mereka datang untuk membersihkan kolam, sekedar membakar sampah dedaunan berasal dari pohon trembesi yang banyak ditanam disekitaran kolam.
“Jangan. Kotor itu airnya,” jawab Basri kepada cucunya itu.
Basri adalah kepala sekolah SD 2 Mata Ie sekaligus pelatih renang untuk KONI Aceh Besar. Salah satu atlet yang ia latih adalah cucunya. Nisa sudah dilatih dalam kolam setinggi tiga meter itu sejak berusia 4 tahun. Dan hasil latihan tersebut, Nisa sudah mampu berenang dengan jarak 50 meter.
“Sebelum Ramadhan kami masih aktif latihan di sini. Hampir setiap hari,” ucap Basri. Ia terlihat frustasi memandang kolam yang kering itu. Ia mengaku, sejak tahun 1972 tinggal di sana, belum pernah mendapati kolam Mata Ie itu kering total.
Ia dan beberapa atlitnya meresa kerepotan harus berlatih di kolam Tirta, dekat Simpang Lima Banda Aceh. Pasalnya, atlit mereka yang ikut cabang renang, semuanya berkesempatan ikut kompetisi PORA 2017 ini.
“Lumayan jauh untuk latihan. Kalau di Mata Ie biasanya kami bisa berenang gratis dan bisa datang tiap hari,” katanya sambil tersenyum.
Ia bercerita, pada 2016 volume air kolam paling dalam di Mate Ie itu setinggi pinggang orang dewasa, untuk 20 atletnya seumuran Nisa, mereka masih bisa berenang, meski tidak dalam.
“Itu Nabila dan Nisa. Mereka juga atlet yang saya latih. Orang tuanya berjualan di atas sana. Keringnya kolam Mata Ie, berimbas pada pedagang macam orang tua mereka,” kata Basri menunjuk dua perempuan berusia 12 tahun, yang sedang membakar sampah di tenga kolam.
Ia mengatakan, tak banyak orang yang berani berenang di kolam itu. Tapi, 20 atlet muda binaannya asal Mukim Mata Ie itu, tak kenal takut untuk menyelam sekalipun.
“Banyak orang yang mandi di dalam sini, dan benda berharganya macam emas jatuh. Biasa tak akan diambil lagi, sebab tak ada yang berani nyelam. Jadilah itu jatah anak-anak atlet saya yang nyelam pas latihan,” katanya sambil tertawa.
Ia mengaku, kemampuan atletnya yang masih usia SD untuk menyelam dan mengambil emas saat itu cukup mengesankan. Dan itu terus berulang ketika ada benda lainnya yang jatuh. Biasanya informasi benda jatuh itu di dapat dari pedagang disekitar kolam yang suka menguji kemampuan atlit muda itu.
Kini, Basri dan atlet kecilnya, hanya bisa datang di sore hari bersama para pengunjung yang penasaran dengan kondisi kolam Mata Ie yang sangat Fenomenal itu. Ia berharap, musim kemarau cepat berakhir dan atlit renang binaanya yang sudah 2 bulan tidak latihan, bisa merasakan latihan kembali.
Pantauan terakhirnya, hujan yang turun selama empat hari ini membuat kolam mulai terisi air, 1,5 meter, namun ini dianggap belum bisa dipergunakan untuk para atletnya untuk kembali berlatih. (mag-77/min)