Harianrakyataceh.com, AFGHANISTAN – Serangan bom kembali mengguncang Afghanistan dua hari berturut-turut. Tengah hari kemarin (2/8), konvoi pasukan NATO diserang Taliban di Daman, Provinsi Kandahar.
Mobil yang berisi bahan peledak diarahkan menuju rombongan pasukan perdamaian dari luar Afghanistan itu.
Ledakan hebat pun terjadi. Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui jumlah korban jiwa maupun luka.
Beberapa saksi mata mengungkapkan, setidaknya ada dua kendaraan NATO yang terbakar.
”Sesaat kemudian, beberapa helikopter mendarat. Mereka membawa tiga jenazah dari salah satu kendaraan, lantas terbang lagi,” ujar Mohammad Azim, penjaga toko di dekat lokasi kejadian.
Qari Yosuf Ahmadi, juru bicara Taliban, menghubungi beberapa kantor berita untuk mengklaim serangan tersebut.
Dia menuturkan, serangan itu terjadi di dekat pangkalan reaksi cepat intelijen Afghanistan di area Shor Andam, Distrik Daman.
Selama ini, Taliban memang kerap beraksi di Provinsi Kandahar.
Dalam laporan PBB baru-baru ini, disebutkan bahwa provinsi penghasil opium tersebut merupakan salah satu tempat yang berbahaya bagi penduduk sipil.
Pada saat yang hampir bersamaan, ribuan warga Syiah di Kota Herat, Provinsi Heart, turun ke jalan.
Mereka memprotes respons lambat polisi dan petugas keamanan lainnya atas serangan di Masjid Jawadya Selasa malam (1/8).
Belum diketahui siapa pelaku serangan yang menewaskan 30 orang dan melukai 64 lainnya itu.
Belum ada kelompok yang mengklaim sebagai dalang serangan bengis tersebut.
Menurut saksi, empat pelaku yang tidak diketahui identitasnya mendatangi Masjid Jawadya pukul 20.00 waktu setempat.
Sekitar 300 warga tengah menunaikan salat Magrib. Pelaku menembaki penjaga khusus di masjid itu sebelum melemparkan granat ke arah jemaah yang sedang salat.
Dua pelaku lantas meledakkan diri di dalam masjid dan dua lainnya melarikan diri.
Yang tertinggal di lokasi adalah para korban yang berlumuran darah.
”Tidak ada cukup ambulans. Saya berusaha membawa seorang anak ke rumah sakit, tapi dia meninggal di tangan saya,” kata Ali, salah seorang penduduk.
Beberapa korban memang akhirnya digotong menuju rumah sakit dengan berjalan kaki maupun menggunakan mobil pribadi.
Penduduk berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan para korban.
Menurut versi mereka, korban tewas mencapai 70 orang.
Pemerintah dituding berupaya menutup-nutupi fakta dengan menyatakan bahwa yang tewas hanya sekitar 30 orang.
Begitu mendengar ledakan, warga yang tidak berada di masjid langsung berlarian menuju lokasi.
Sebagian lainnya meminta tolong kepada polisi di pos jaga yang hanya berjarak 100 meter dari masjid.
Menurut para saksi, polisi yang tengah berjaga tidak membantu dan malah membiarkan dua pelaku kabur.
Saat itu, mereka beralasan tak berhak untuk menembak pelaku. Berang, penduduk akhirnya bentrok dengan para polisi yang berjaga.
Polisi malah menembaki mereka. (Reuters/AFP/Aljazeera/sha/c18/any/jpnn)