SIMEULUE (RA) – Badan SAR Nasioal (Basaras), secara resmi menghentikan operasi penyisiran dan pencarian puluhan nelayan asal Sibolga Sumatera Utara, hilang saat melaut dan menggunakan kapal ikan KM Mega Top 3.
Operasi penyisiran dan pencarian tersebut, secara resmi ditutup sekitar pukul 17.00 WIB, Kamis (15/2). SAR tidak menemukan tanda-tanda jasad maupun harta benda milik 29 nelayan Sibolga itu.
“Kita diberitahukan dan diperintahkan oleh atasan bahwa sore ini secara resmi telah ditutup dan dihentikan operasi penyisiran dan pencarian terhadap nelayan asal Sibolga yang hilang pada Desember 2017 lalu, seperti yang diinformasikan oleh pak Jamil, ada 9 jasad nelayan itu yang hanyut dan terdampar di pulau Babi”, kata Rahmad Kenedi, Koordinator Pos SAR Simeulue, Kamis (15/2).
Ia menjelaskan, pencarian dilakukan di perairan pulau Babi, pulau Lasia hingga kawasan Batu Berlayar serta pulau-pulau kecil lainnya di kawasan wilayah Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue.
Hari kedua operasi, penyisiran diperluas hingga keperbatasan laut Kabupaten Aceh Selatan, Abdya dan Singkil serta pulau Banyak, dengan kondisi cuaca relatif ekstrim, gelombang mencapai dua meter, hujan, mendung tebal dan angin kencang, namun tim SAR tidak menemukan target, dengan hasil nihil.
“Setelah dua hari kita operasi pencarian dan penyisiran di lokasi yang berbeda, hari pertama kita mendarat dan menyisir daratan pulau Babi, pulau Lasia dan hasilnya tetap nihil, serta untuk hari kedua operasi kita, cuaca di laut dengan kategori ekstrim yang tidak mendukung, namun tim kita telah menyisir hingga perbatasan laut Kabupaten Aceh Selatan, Abdya dan Singkil dengan menggunakan sea rider,” imbuhnya.
Kerahkan Tiga Pesawat
Kepala Kantor SAR Aceh, Hari Adi Purnomo menambahkan, dalam operasi Basarnas telah mengerahkan tiga unit pesawat SAR, dua unit kapal SAR dari Sibolga dan Mentawai serta satu unit kapal cepat sea rider Pos SAR Simeulue, dengan melibatkan seluruh personil SAR Simeulue. Satgas SAR Simeulue, TNI AL Simeulue, Rapi serta personil Pramuka setempat.
Meskipun telah ditutup secara resmi operasi pencarian dan penyisiran terhadap puluhan nelayan asal Sibolga yang hilang itu, juga meminta kepada warga Simeulue maupun warga di dua provinsi Aceh dan Sumut, bila melihat tanda-tanda milik korban, untuk segera melaporkan kepada SAR terdekat atau pihak berwajib, juga disarankan supaya informasi harus didukung dengan fakta lengkap.
“Kita berharapkan kepada masyarakat luas, baik di Simeulue maupun yang ada di provinsi Aceh dan Sumut, bila melihat dan mengetahui tanda-tanda keberadaan nelayan yang hilang itu, supaya secepatnya diberitahukan kepada SAR terdekat atau pihak berwajib, tapi dengan catatan informasi itu harus lengkap sesuai fakta,” tegasnya.
Sebelumnya sebanyak 29 warga Sumatera Utara, menggunakan kapal ikan Mega Top 3, yang berlayar dari Sibolga untuk memancing ikan di wilayah perairan laut pulau Nias, hilang komunikasi pada 10 Desember 2017, dan diperkirakan telah 50 hari hilang, hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya. (ahi/ibi/mai)