MADINAH (RA) – Kemenkes RI telah menyiapkan 79 ton obat di Arab Saudi. Di Depo Farmasi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) baik di Makkah maupun Madinah, tersedia 22 kelas terapi obat, seperti anti hipertensi, anti alergi, anti virus, anti inflamasi, anti histamin, anti biotik dan lainnya.
Sampai akhir penyelenggaraan ibadah haji, dipastikan perbekalan kesehatan berupa obat-obatan, cukup. Hingga saat ini tidak ada kekurangan obat karena jenis obat yang disediakan sudah dipenuhi sesuai dengan Formularium Nasional Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/651/2016.
Hal itu ditegaskan Kasi Perbekalan Kesehatan Arab Saudi 2018 Nadirah Rahim, di Madinah. Item-item obat yang ada di formularium semuanya dalam bentuk tunggal, bukan obat kombinasi sesuai dengan formularium yang disusun oleh Ditjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI.
“Beberapa petugas Kloter mencari obat kombinasi yang tidak ada dalam formularium. Obat ini memang tidak tersedia, namun substitusinya, sesungguhnya sudah disiapkan sesuai dengan formularium perbekalan kesehatan haji,” terang Nadirah.
Menurut Nadirah, di KKHI punya banyak stok obat. Jenisnya pun banyak. Bahkan petugas kesehatan di Kloter (TKHI) yang sudah pulang ke Indonesia mengembalikan cukup banyak obat ke Depo di KKHI. Atau, bila tidak mengembalikan bisa juga memindahkan sisa obat ke Kloter temannya.
“Silahkan saja, yang penting bisa didayagunakan,” kata Nadirah.
Koordinator Perbekalan Kesehatan Haji 2018 Ariyani Dwi Hartanti menyatakan bahwa proses pengambilan obat sangat mudah. Tim Gerak Cepat (TGC) memiliki pos kesehatan di tiap Sektor. TKHI bisa mengambil stok obat di masing-masing sektor ini.
Bila obat yang dimaksud tidak tersedia di Sektor, TKHI bisa mendapatkannya di KKHI.
“Jadi sebenarnya TKHI tidak perlu ke Depo (KKHI-red). Tapi bila ada obat yang diperlukan tidak ada di dalam paket di Sektor, maka petugas kesehatan di Kloter dapat mengambilnya ke KKHI,” kata Ariyani.
Ditambahkan, Sektor mendapat paket obat dari KKHI setiap 4 hari sekali. Namun karena tidak semua Sektor memiliki ruangan yang cukup untuk menyimpan stok obat, maka biasanya stok akan dipenuhi pada hari lain.
“Hanya beberapa Sektor yang mengambil obat tidak semuanya dan akan didorong pada hari berikutnya. Ini karena di Sektor itu tidak cukup ruangannya,” terang Ariyani.
Senada dengan Nadirah, Ariyani menyatakan bahwa tidak terjadi kekurangan obat di Kloter, karena Pemerintah telah menyiapkan penggantinya (substitsi). Dengan demikian tidak ada obat yang kosong.
“Harusnya bisa substitusi, misalnya analgetik yang ada di sesuaikan dengan substitusi yang tersedia. Anti alergi yang tidak ada disubsitusi kepada anti alergi yang ada,” kata Ariyani mencontohkan. (ril/eno)