Abu Paloh Gadeng
Quote
“Dulu kita bisa bersaudara, kenapa sekarang tidak bisa lagi. Ini yang harus kita pahami betul”
LHOKSEUMAWE (RA) – Konflik berkepanjangan di Aceh sudah berakhir 15 Agustus 2005 silam. Itu ditandai dengan Penandatangan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), di Helsinki, Finlandia.
Kini, Nota Kesepahaman atau biasa disebut perdamaian Aceh dan MoU Helsinki, sudah berusia 13 tahun lamanya. Namun, masih banyak dijumpai mantan kombatan GAM hidup dibawah garis kemiskinan dan termasuk rakyat sipil. Tinggal dirumah tidak layak huni, berlantai tanah, beratap daun rumbia dan berdinding tepas.
Rakyat sipil yang katogori miskin ini tidak sanggup untuk membangun rumah layak huni. Karena untuk mencari makan saja susah, apalagi untuk membangun rumah tanpa bantuan. Baik dari Pemerintah Aceh maupun Pemerintah Kabupaten/kota di Aceh.
Pasca MoU Helsinki RI-GAM, Aceh mendapatkan kucuran dana Otonomi Khusus (Otsus) dari Pemerintah Pusat. Sejak tahun 2008 hingga 2017 lalu, tercatat Rp 56,67 triliun dana Otsus itu sudah disalurkan untuk Aceh. Dana sebesar itu, tentu sudah digunakan untuk pembangunan dan sektor-sektor lainnya di Aceh. Tapi, rakyat Aceh masih banyak yang dihidup dibawah garis kemiskinan.
Dalam usia perdamaian Aceh yang sudah 13 tahun ini, rakyat Aceh harus bisa menjaga kerukunan dan bersatu. Tujuannya, untuk memperjuangkan hak-hak Aceh yang belum terpenuhi sesuai MoU Helsinki.
Ulama Kharismatik Aceh, Tgk. H. Mustafa Ahmad, akrab disapa Abu Paloh Gadeng, meminta kita semua untuk bersatu sesama Bangsa Aceh. Walaupun berbeda sepeda (partai), dan yang perlu dipikirkan bersama untuk kepentingan bangsa Aceh.
Abu juga mengajak kombatan GAM, kembali mengenang sejarah waktu tidur didalam hutan dulu. “Misalnya, saya diselamatkan oleh orang lain, dan dia saya selamatkan. Dulu kita bisa bersaudara, kenapa sekarang tidak bisa lagi. Ini yang harus kita pahami betul,”ucap Abu Paloh Gadeng.
Bukan hanya itu, Abu juga mempertanyakan kenapa dulu kita bisa beradik abang, mengapa sekarang kita sudah berlainan mata. “Itu harus kita sadari, saya selaku orang tua hanya mampu memberikan nasehat,” kata Abu saat memberikan tausyiah pada acara pelantikan pengurus DPW PA Aceh Utara, pada Kamis (6/12) lalu.
Perjuangan saat dihutan dulu, memberi informasi kepada orang-orang, bahwa perjuangan untuk menegakkan agama dan Syariat Islam dalam bingkai Ahlussunnah Wal Jama’ah. Semoga apa yang telah diperjuangkan dulu, bisa dilaksanakan di Aceh.
Salah satunya, menghidupkan pengajian agama di mesjid-mesjid dan meunasah. Kemudian, juga subuh berjamaah di seluruh Aceh perlu dilaksanakan. Terutama dari kalangan kombatan GAM dan Partai Aceh untuk menjadi pelopor. (arm/min)