SUBULUSSALAM (RA) – Jika melihat sepintas, Salmah terlihat seperti orang hamil tujuh bulan karena perutnya terlihat buncit. Tapi perutnya yang kian hari bertambah membengkak, ternyata bukan karena hamil, melainkan menderita penyakit kanker luar rahim.
Tiap hari Salmah yang merupakan warga Desa Subulussalam Utara, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam ini, terpaksa menahan sakit bahkan sampai menjerit karena tidak sanggup menahan goncangan kanker yang menyarang diperutnya ” tiap hari dia minta tolong karena kesakitan. Kadang kami merasa kasihan dan tak sanggup melihat keadaan ibu Salmah ” kata Cut yang masih bertetangga dengan Salmah, Minggu (20/1).
Menurut Cut, Salmah beserta suaminya Agus Fajar yang berprofesi buruh harian dikaruniai dua orang anak dan kini masih menumpang di rumah mertuanya. Keluarganya tergolong kurang mampu. Mertua Salmah sendiri sebagai buruh cuci ke rumah warga.
“Suaminya sudah pernah membawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam, dan dokter menyarankan untuk cek darah ke Rumah Sakit Medan atau Banda Aceh. Kata dokter, dugaan sementara Salmah menderita kanker luar rahim,” tambah Cut.
Hingga kini, Salmah terlihat berbaring di rumah mertuanya sambil menahan rasa sakit yang kini dideritanya. Salmah masih bisa berbincang-bincang meski sesekali wajahnya terlihat mengerut menahan rasa sakit. Menurut Salmah, Ia menderita penyakit tersebut sudah lama, dan diperkirakan sudah mencapai satu tahun.
Namun, dirasakan perutnya membesar,diketahui sejak akhir tahun lalu. Seiring perut bertambah besar, kaki dan tangannya terlihat mengecil.
Sejak dokter menyarankan untuk mencek darah ke Medan, sampai kini ia belum pernah mengikuti arahan dokter tersebut. Bukan tanpa alasan ia mengacuhkan saran dokter tersebut, tetapi biaya untuk pergi ke Medan menjadi alasan utama bagi keluarganya.
“Bagaimana kami bisa berangkat ke Medan, sementara biaya kehidupan kami sehari-hari di rumah pun terkadang terancam. Biaya berobat memang gratis, tetapi kami naik mobil ke Medan dan biaya hidup dari mana,” keluh Salmah yang sesekali memaksakan duduk.
Perempuan kelahiran 6 Juli 1988 ini, sangat mengharapkan sekali kepada masyarakat atau para Dermawan untuk dapat membantu meringankan bebannya berobat dan cek darah ke Medan sesuai anjuran dari dokter.
“Tadi ada orang mengantar bantuan. Alhamdulillah sudah ada yang peduli. Doakan saya sembuh ya pak? Kasihan anak-anak saya masih pada kecil,” kata Salmah (lim/han)