Meulaboh (RA) – Usai lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah, jumlah pengurus paspor di Aceh malah mendadak meningkat drastis. Petugas layanan sempat kalang-kabut meladeni kunjungan membludak masyarakat pemohon ini. Bahkan, server antrian paspor sempat macet beberapa saat.
Informasi yang terhimpun, lonjakan masyarakat ramai-ramai mengurus paspor ini, terjadi pada seluruh kantor layanan Imigrasi di Aceh. Antara lain, Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh, Langsa, Sabang, dan Takengon.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Meulaboh, Imam Santoso, Jum’at (14/6), membenarkan kondisi membludaknya masyarakat Aceh mengurus paspor. ”Iya melonjak. Bukan kantor Meulaboh saja, laporannya seluruh kantor di Aceh,” jawabnya.
Ia mencontohkan, jumlah pemohon yang teregister pada Rabu 12 Juni 2019 di Kantor Imigrasi Meulaboh, mencapai 116 jumlah permohonan. “Biasanya perhari hanya berkisar 35-50 masyarakat pemohon paspor,” jelasnya.
Namun pasca lebaran, tepatnya memasuki Senin 10 Juni 2019 lalu, lonjakan masyarakat Aceh mengurus paspor perlahan mulai terlihat setiap harinya. Hasil informasi dari sejumlah pemohon, kebutuhan paspor ini untuk segala kebutuhan administrasi status warga Aceh yang ingin bertolak keluar negeri, seperti Malaysia dan negara lainnya.
Ada juga kebutuhan paspor wisata untuk menghindari beban tiket mahal menuju Jakarta, dengan memilih jalur alternative pesawat yang lebih murah, yakni transit melalui Kuala Lumpur. ”Yang lebih terasa padatnya, karena ada peningkatan kuota tambahan jamaah haji dan jamaah umroh yang akan berangkat ke tanah suci,” detil Imam.
Padahal sistem layanan yang mulai diterapkan seluruh kantor Imigrasi di Indonesia, sebut Imam, telah sangat maksimal dengan membuka layanan melalui aplikasi antrian paspor online (APAPO) maupun datang langsung atau walk-in. ”Sudah dua layanan dibuka mengurus paspor. Tapi tetap kalang-kabut juga,” tuturnya.
Ia menilai dengan kondisi membludak demikian, tergolong wajar jika server layanan online APAPO sempat kurang maksimal saat sedang menjalani proses foto, sidik jari, dan wawancara.
Teknisnya, kuota atau kemampuan layanan APAPO paling maksimal hanya mampu melayani 80 permohonan, namun kondisi lonjakan pendaftaran paspor dapat mencapai 92 lebih permohonan. Tentu hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya saat proses penerimaan paspor yang sedang berlangsung. “Terus terang banyak pula permohonan terpaksa kami tolak untuk mengantri lagi dengan alasan kuota layanan perhari,” curhat Imam.
Juga mempertimbangkan luas wilayah kerja Kantor Imigrasi Meulaboh, mulai Singkil, Simeulue, Subulussalam dan kabupaten lainnya, yang jarak tempuh jauh antara satu daerah dengan daerah lainnya. “Kasihan yang sudah mengantri lama, makanya tetap memberikan layanan secara merata dan tuntas,” ungkapnya.
Kedepan, Imam mulai mengajukan penambahan pengadaan perangkat lunak server menjadi dua unit, sebagai antisipasi jika terjadi lonjakan dadakan demikian. ”Sekarang baru ada satu perangkat, kini kami mulai bikin permohonan tambah satu perangkat lagi, biar tidak sampai menumpuk-numpuk jumlah layanan pengurusan paspor,” rincinya.(den)