Menu

Mode Gelap
Korban Erupsi Gunung Marapi Ditemukan 1,5 Km dari Kawah Cak Imin Resmikan Posko Pemenangan Musannif bin Sanusi (MBS) Perangkat Desa Sekitar Tambang Tantang Asisten Pemerintahan dan Dewan Lihat Objektif Rekrutmen Pekerja PT AMM Golkar Aceh Peringati Maulid Nabi dan Gelar TOT bagi Saksi Pemilu Ratusan Masyarakat Gurah Peukan Bada Juga Rasakan Manfaat Pasar Murah

KHAZANAH · 5 Jul 2019 10:02 WIB ·

Haji Itu Sabar


 Firzan Syahroni (Jawa Pos) Perbesar

Firzan Syahroni (Jawa Pos)

Oleh Firzan Syahroni, Wartawan Jawa Pos*

”SELAMA fasilitas di Mina tidak diperbaiki oleh pemerintah Saudi, menambah kuota haji bisa menimbulkan tragedi kemanusiaan. Bisa mengancam keselamatan jamaah haji Indonesia.” Kalimat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin setahun lalu itu kembali terngiang.

Nadanya tegas. Tak ada keraguan. Mantap.

Tapi, itu dulu, tahun lalu. Kini pemerintah malah menambah kuota haji sebanyak 10 ribu. Yang tadinya 204 ribu jamaah haji reguler menjadi 214 ribu. Itu belum termasuk jamaah haji khusus yang kuotanya 17 ribu orang.

Tahun lalu saya, alhamdulillah, mendapat kesempatan bergabung dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, bidang Media Center Haji (MCH). Saya tinggal di Saudi selama hampir tiga bulan. Meliput sekaligus membantu jamaah haji.

Karena itu, saya menyaksikan sendiri betapa fasilitas jamaah haji di Mina sangat minim. Satu tenda dihuni ratusan orang. Banyak yang memilih tidur di luar tenda karena tak kebagian tempat. Beralas tikar, sajadah, bahkan kardus bekas. Kamar mandi dan toilet pun minim. Jamaah yang hendak wudu dan buang air kecil harus antre. Sabar…

Menurut perhitungan Kemenag, satu jamaah idealnya mendapat space seluas 1,6 meter persegi di dalam tenda Mina. Namun, karena luas Mina yang terbatas dan tak mungkin ditambah, ruang untuk satu jamaah hanya 0,9 meter persegi. Bisa membayangkan bagaimana berada di ruangan seukuran itu?

Setelah ada tambahan kuota 10 ribu, space itu pasti lebih kecil lagi. Jamaah haji makin sulit bergerak. Padahal, ritual haji di Mina paling berat. Jamaah harus bolak-balik dari tenda menuju Jamarat untuk prosesi melempar jumrah. Sabar…

Saya pernah menghitung, jarak dari Jamarat ke maktab (tenda) di Mina, pulang pergi, antara 7 sampai 8 kilometer. Perjalanan itu harus ditempuh dengan berjalan kaki. Siang hari lagi. Kalau bukan untuk ibadah, pasti tak ada yang mau berjalan kaki sejauh itu di tengah paparan suhu sekitar 45 derajat Celsius.

Tapi, haji itu ibadah. Medan yang berat adalah jalan menuju surga. Meski melempar jumrah bisa dibadalkan, banyak jamaah lansia yang ngotot ingin melakukan sendiri. Modalnya hanya satu: sabar. Tambah dua lagi: ikhlas dan pasrah.

Kelelahan hebat membuat jamaah yang meninggal selama prosesi di Mina mencapai ratusan orang. Tenaga benar-benar terkuras. Apalagi jika sebelum ke Mina memaksakan diri melaksanakan umrah berkali-kali. Energi akan benar-benar habis sebelum prosesi lempar jumrah.

Penambahan kuota diharapkan memangkas waktu tunggu haji yang kini lebih dari 24 tahun. Tapi, di sisi lain, dengan kondisi Mina yang belum diperbaiki, rasanya kekhawatiran Menag cukup beralasan. Tapi, apa boleh buat. Presiden Jokowi sudah menyetujui penambahan kuota. Mau tak mau, Menag harus melaksanakannya. Segala upaya dia lakukan. Beberapa penyesuaian disusun dalam waktu yang mepet. Semua demi kelancaran ibadah jamaah haji di Arab Saudi.

Sepekan lalu sempat ada kabar menggembirakan. Pemerintah Saudi disebut sudah menyediakan tenda bertingkat di Mina. Berita itu juga disertai foto-foto tenda bertingkat. Namun, belakangan berita tersebut ternyata hoax. Fasilitas itu untuk tahun depan. Itu pun baru rencana, belum pasti. Sabar…

Kemenag sebenarnya sudah berkali-kali meminta Saudi memperbaiki fasilitas Mina. Tapi, ya hanya sebatas meminta. Soal disetujui atau tidak, terserah Raja Salman. Meski menjadi negara dengan jamaah haji terbanyak, Indonesia tak bisa memaksa Saudi. Sabar…

Suatu ketika, saat sedang mabit di Mina, saya dan teman-teman melihat antrean panjang di keran air minum di pinggir jalan. Kami ikut antre sambil menenteng botol air mineral kosong. Beberapa jamaah dari negara lain mulai main serobot. Kami tetap sabar. Di depan kami ada anak kecil yang juga antre.

Tiba-tiba, ada seseorang, sepertinya dari India, menyerobot antrean anak kecil tadi. Dia langsung saja menyorongkan botol air minumnya persis di mulut keran. Anak kecil itu tak berani protes. Tiba-tiba “plak!”. Teman saya menampar orang India itu. ‘”Go away… go away!” bentak teman saya yang berpotongan mirip tentara itu. Sabar Bro, sabar. Haji itu sabar, Bro…(*)

*) Anggota Media Center Haji 2018

Editor : Ilham Safutra

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Membersihkan Telinga, Batalkah Puasanya?

18 March 2024 - 14:47 WIB

Fiqih Puasa: Hati-Hati, 3 Cara Buang Hajat Ini Batalkan Puasa

17 March 2024 - 14:25 WIB

7 Keutamaan Hari Jumat Di Bulan Ramadhan

15 March 2024 - 14:46 WIB

Ramadhan Momen Perbaikan Sosial

14 March 2024 - 14:45 WIB

Maksud Hadits ‘Tidur Orang Berpuasa adalah Ibadah’

14 March 2024 - 14:16 WIB

Aturan Pengeras Suara Masjid Gaduh Lagi, Kemenag Klaim Tidak Membatasi Syiar Ramadhan

13 March 2024 - 14:28 WIB

Trending di KHAZANAH