Harianrakyataceh.com – Kapolri Jenderal Tito Karnavian melihat kerusuhan mahasiswa dan pelajar di sekitar gedung DPR/MPR RI Senayan, Jakarta pada 24-25 September 2019, mirip polanya dengan kerusuhan 21-22 Mei lalu. Aksi anarkis ini terlihat seperti direncanakan secara sistematis.
“Ini mirip dengan pola terjadinya kerusuhan 21-23 Mei lalu, dimulainya sore hari berlangsung hingga malam hari. Ini terlihat cukup sistematis artinya ada pihak-pihak yang mengatur itu,” kata Tito dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (26/9).
Namun, Tito masih belum menyebut kelompok mana yang menunggangi aksi ini. Dia hanya menduga oknum-oknum tersebut memiliki tujuan untuk melancarkan agenda tersendiri, yaitu bukan menuntut penundaan pengesahan revisi undang-undang. Agenda oknum ini mengarah kepada kepentingan politik yang ingin menjatuhkan pemerintah yang sah.
“Ini yang kita lihat terjadi. Sehingga kita melihat seperti di Jakarta tidak tepat sudah caranya. Adanya penggunaan bom molotov, ada pembakaran, pembakaran pos polisi, ada pembakaran ban, bahkan ada pembakaran kendaraan,” kata Tito.
Dugaan ini semakin kuat dari demonstran yang berhasil diamankan polisi. Yakni 200 orang saat demonstrasi mahasiswa dan 570 orang saat demo pelajar. Sebagian diantaranya mereka dapat dipastikan bukam mahasiswa maupun pelajar.
“Mereka masyarakat umum, ketika ditanya juga dalam rangka apa aksi itu, tidak ngeri. Tidak paham tentang RUU apa, nggak ngerti bahkan di antaranya ada yang mendapatkan bayaran,” pungkas Tito.
Sebelumnya, Aksi demonstrasi kembali digelar ribuan mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat di depan Gedung DPR/MPR, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (24/9). Mereka menolak RUU KPK dan RKUHP yang sudah disepakati DPR dan pemerintah.
Aksi semula berjalan damai, namun menjelang sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB, massa mulai berbuat anarkis dengan mengerusak pagar DPR. Mereka memaksa masuk ke area gedung. Polisi kemudian menembakkan water canon untuk memukul mundur massa. Namun, tak dihiraukan. Gas air mata akhirnya ditembakkan ke aras demonstran.
Aksi massa semakin anarkis pada malam hari. Kerusuhan meluas ke beberapa lokasi seperti Simpang Susun Semanggi, hingga Slipi. Pos polisi di dekat kantor Kemenpora dan di underpass Slipi dibakar massa. Bus milik TNI dan sebuah Jeep Rubicon yang terparkir di depan lapangan Perbakin juga turut dibakar. Kerusuhan ini berakhir sekitar pukul 01.00 WIB.
Sehari berselang kerusuhan kembali pecah di area belakang Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (25/9). Massa berseragam SMA dan pramuka itu mulanya berunjuk rasa di sekitar perlintasan kereta api dekat stasiun Palmerah tak jauh dari kompleks DPR/MPR.
Situasi pecah saat salah satu oknum pelajar melempar batu ke arah polisi dan langsung membakar motor sebagai ungkapan kekesalan. Tak hanya itu, mereka pun mengarahkan petasan ke arah barikade polisi.
Membalas serangan tersebut, polisi kemudian menembakkan water canon untuk memukul mundur massa. Namun, karena tak dihiraukan, polisi akhirnya melepaskan tembakan gas air mata.
Editor : Bintang Pradewo
Reporter : Sabik Aji Taufan