PERJALANAN nasib seseorang ke depan tidak ada yang tahu. Begitu juga bagi seorang H. M. Fadhil Rahmi, Lc. Dia tak pernah membayangkan, jika perjalanan kariernya yang berlika-liku, telah membawanya menjadi seorang senator.
Hal tersebut, seiring dengan telah dilantiknya dia sebagai salah seorang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2019-2014 pada 1 Oktober lalu. Fadhil merupakan salah satu dari empat perwakilan Provinsi Aceh di DPD.
Sebagai pendatang baru di lembaga perwakilan daerah itu, banyak yang belum begitu mengenalnya. Terutama, latar belakangnya. Selama ini, masyarakat Aceh khususnya, lebih mengenal Fadhil Rahmi karena kedekatannya dengan Ustadz Abdul Somad, Lc. MA.
Fadhil Rahmi yang dilahirkan di Langsa pada 6 September 1978 ini, hidup dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Abdul Gani (almarhum) berasal dari Kecamatan Kuala dan Jangka, Kabupaten Bireuen. Sementara ibunya, Khadijah (almarhumah), berasal dari Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara.
Didikan ayahnya yang keras membuat Fadhil disiplin serta gemar bermain bola. Sama seperti ayahnya yang dulu juga seorang pemain bola. Sementara ibunya seorang guru MIN yang motivasi Fadhil agar sukses di dunia pendidikan.
Karena itu, Fadhil disekolahkan di sekolah bernuansa agama, mulai dari TK Aisyiah Bireuen (1984), MIN Bireuen (1990), MTs Darul Arafah (1993), MAS Darul Arafah (1996) hingga Al-Azhar University (2008).
Darul Arafah dan Al Azhar University juga merupakan tempat Ustadz Abdul Somad, Lc. MA menimba ilmu. Dari situlah jalinan persahabatan kedua mereka bermula.
Fadhil kerap mendampingi tabligh akbar Ustad zAbdul Somad di Aceh. Dia juga sering pula diajak ke sejumlah daerah di luar Aceh.
Sejak saat itulah, Fadhil mulai dikenal masyarakat. Fotonya sering viral di media sosial bersama UAS. Di mana ada tabligh akbar UAS, foto Fadhil kerap menghiasi spanduk dan baliho.
Masyarakat yang ingin mengundang UAS selalu menghubungi Fadhil, mulai dari kepada daerah, pengurus mesjid, pimpinan dayah, pengusaha sampai pimpinan partai.
Pada tahun 2009 setelah pulang dari negeri piramid, Fadhil menjadi dosen serta menjadi pelatih sepak bola di STAIN Cot Kala, Langsa. Bukan itu saja, Fadhil yang dikenal gemar berorganisasi ini, juga menjadi asisten fasilitator Kecamatan Peunaron PNPM Aceh Timur (2009-2011).
Lalu tahun 2011, Fadhil diangkat menjadi PNS Kementerian Agama Kabupaten Bireuen. Dia bertugas sebagai penyuluh agama Islam di KUA Kota Juang. Namun, pada 2013 Fadhil mengundurkan diri dari PNS. “Saat itu, banyak teman yang menyayangkan keputusan saya,” kenang Fadhil.
Setelah keluar dari PNS, untuk menopang ekonomi keluarga, Fadhil memilih membuka usaha kecil-kecilan di Banda Aceh. Dia menyewa kantin kampus dan rumah makan di Ulee Lheu. Usaha in ipun akhirnya kandas.
Tak patah semangat, Fadhil lalu mengikuti tes dan lulus di Ombudsman RI Perwakilan Aceh tahun 2013. Namun, pada tahun 2017 lagi-lagi Fadhil mengundurkan diri. “Saya keluar dari Ombudsman. Saya ingin berikhtiar dalam politik, tapi belum mau masuk partai. Ingin melalui jalur non partai. Jadi, saya daftar sebagai calon DPD,” katanya.
Lantas, bagaimana kiat Fadhil Rahmi sehingga lolos ke senayan? “Pada pemilu kemarin saya tidak punya tim khusus. Semua berawal dari persahabatan. Bagi yang mau membantu silakan. ada juga yang tidak mau, tidak apa-apa,” kata suami dari Dr. Sarina Aini, Lc. MA ini.
Keluarga besar isterinya yang berada di Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah dan Bener Meriah, juga banyak banyak berpartisipasi dan mendukung sepenuhnya.
“Isteri saya puteri Gayo berasal dari Serbajadi Lokop. Jaringan persaudaraan sepanjang Wilayah Tengah Tenggara. Dari pihak keluarga isteri banyak membantu pada pemilu kemarin,” ungkapnya.
Hasilnya, Fadhil berhasil mendapatkan kursi kedua, setelah Sudirman alias Haju Uma. Sedangkan kursi ketiga, Fachrul Razi dan terakhir atau kursi keempat ditempati Abdullah Puteh.
Dalam bidang keorganisasian, Fadhil tercatat pernah aktif di 17 organisasi. Ini terhitung dari semenjak kuliah di Mesir sampai sekarang. Di antaranya, Bidang Minat Bakat PPMI ( Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia) Mesir 1997-1998. Pemred Buletin Terobosan Mesir (1998-1999), Penasehat PPMI (2005-2006).
Lalu, Authorized Agent Malaysia Airlines (2002-2006), pelatih tim sepakbola STAIN Zawiyah (2009), bendahara PanPel Liga Primer Indonesia (LPI) Tim Atjeh United FC (2011), bendahara PanPel Turnamen Internasional Piala Gubernur (2011), bendahara PanPel Liga Indonesia Tim PSSB/Tim Paraguay (2012).
Pernah juga menjabat sebagai wakil Sekretaris DPD II KNPI Aceh Timur (2012-2015), Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh periode 2012-2019, ketua Biro DPD I KNPI Aceh (2013).
Wakil Ketua Badan Koordinasi Mubalighin Indonesia (Bakomubin) 2015-2020, IT Officer Aceh United FC (2017 – sekarang), Kapten PSSB Junior (1995), pemain Tim Nasional Mahasiswa Indonesia Di Mesir (1996-2008) dan pelatih/Direktur Tekhnik Tim Nasional Mahasiswa Indonesia di Mesir (1999-2008).
Nah, dengan segudang pengalamannya itu, keberadaan Fadhil Rahmi di DPD selaku wakil Aceh, tentu tak dapat dipandang sebelah mata. Dia bukan anak bawang sebagai seorang senator baru di DPD. Namun, dia memang layak dan punya kapasitas menjadi wakil Aceh di DPD. (ra)