class="post-template-default single single-post postid-23777 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
MK Tolak Gugatan Pilkada Lhokseumawe, Saatnya Bersatu Untuk Kota Lhokseumawe Terkait Kasus OI, Iwan Fals dan Istri Dicecar dengan 16 Pertanyaan Sidang Mesum Sesama Jenis Pasangan Gay Terancam 100 Kali Cambuk Keuchik Aceh Tuntut Masa Jabatan 8 Tahun Pemuda Panca Marga Ranting Muara Satu Donasi untuk Palestina

METROPOLIS · 20 Nov 2019 07:37 WIB ·

Delapan Geuchik Studi Banding Habiskan 80 Juta


 FERDINAN
Camat Banda Raya Perbesar

FERDINAN Camat Banda Raya

Camat Banda Raya, Ferdinan

BANDA ACEH (RA) – Camat Banda Raya, Ferdinan membenarkan adanya sejumlah Geuchik kecamatan Bandar Raya kota Banda Aceh yang melakukan studi bandi ke Jogjakarta.

Ferdinan menjelaskan dari sepuluh desa di Bandar Raya hanya dua gampong yang tidak ikut pergi yaitu Keuchik Lamlagang dan Lhong Cut.

“Dua desa tidak berangkat karena tidak cukup uang. Ada juga keuchik baru, mau fokus kepada masyaratat,” jelasnya kepada media ini, Selasa (19/11).

Kunjungan tersebut, lanjut camat, atas inisiatif para keuchik yang ingin mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), setelah mereka sepakat dan membuat surat ke walikota arahan pak wali agar diteruskan ke camat.

“Per orang sekitar sepuluh juta karena disesuikan lagi dengan tiket dan ada juga yang pergi dengan TPG karna nanti harus disepakati, saat pernyataan modal untuk Bumdes itu maka harus disepakati besarannya antara keuchik dan TPG,” ungkapnya.

Saat ini, lanjutnya, masing-masing Gampong berbeda permasalahannya sedangkan BUMDES di Bandar Raya hanya berjalan begitu saja belum ada yang berhasil, karena diperlukan wawasan untuk melihat perbandingan apa yang bisa diperoleh masyarakat agar berhasil.

Ferdian juga berujar keberangkatan para keuchik itu selama empat hari mengunakan anggaran Alokasi Dana Gampong (ADG), dikarenakan dana desa tidak boleh dipakai studi banding. Studi banding untuk memperlajari BUMDES yang sudah sangat berkembang di Jogjakarta.

“Jadi BUMDES terbaik di Indonesia itu adanya di Jogjakarta. Jadi disitu mereka belajar mengelola manajemennya bagaimana merintis BUMDES dan kemudian apa kendala yang di hadapi. Sampai BUMDES ini berhasil mendapatkan pemasukan desanya 12 miliar per tahun, “jelasnya.

Selain itu, para geuchik nanti akan belajar bagaimana mengelola sampah, sumber daya, air dan mulai dari PKK membuat kue, jadi kesemua BUMDES mempunyai toko seperti swalayan.

“Untuk pelayanan mereka membuat seperti desa digital, kalau di Pangguharjo seperti persampahan. Pak geuchik melihat bagaimana BUMDES itu berkembang dan masyarat merasakan dampak ekonominya, ” tutur Ferdian.

Di Banda Aceh sendiri, lanjutnya, sudah dilakukan bimbingan, maka saat ini dibutuhkan pola pikir untuk melihat keluar mana BUMDES yang berhasil.

“Saya juga katakan kalau sudah selesai studi bandinya maka harus komitemn dan agar ilmunya dapat bermanfaat bagi masyarakat, “ujarnya. Mag-82

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

ISBI Aceh dan Pemkab Aceh Timur Sepakat Kolaborasi Pendidikan Seni Budaya Bersama

5 February 2025 - 09:40 WIB

Fakhruddin Terpilih sebagai Ketua MKKS SMP Aceh Besar periode 2025-2028

4 February 2025 - 16:48 WIB

Sidang Mesum Sesama Jenis Pasangan Gay Terancam 100 Kali Cambuk

4 February 2025 - 14:22 WIB

Keuchik Aceh Tuntut Masa Jabatan 8 Tahun

4 February 2025 - 14:17 WIB

Ketua DPRK Aceh Besar Abdul Muchti: Jaga Kondusivitas Untuk Aceh Besar yang Lebih Baik Apresiasi Langkah Taktis Eksekutif Membuat APBK On The Track Kembali

4 February 2025 - 12:13 WIB

Maksimalkan Sertifikasi Halal Produk, LP3H-MA Provinsi Aceh Audiensi dengan Disdikbud Kota Banda Aceh

4 February 2025 - 09:49 WIB

Trending di METROPOLIS