Menu

Mode Gelap
Korban Erupsi Gunung Marapi Ditemukan 1,5 Km dari Kawah Cak Imin Resmikan Posko Pemenangan Musannif bin Sanusi (MBS) Perangkat Desa Sekitar Tambang Tantang Asisten Pemerintahan dan Dewan Lihat Objektif Rekrutmen Pekerja PT AMM Golkar Aceh Peringati Maulid Nabi dan Gelar TOT bagi Saksi Pemilu Ratusan Masyarakat Gurah Peukan Bada Juga Rasakan Manfaat Pasar Murah

KHAZANAH · 3 Dec 2019 13:10 WIB ·

Kisah Nurfadhillah Terbaring di Lesehan Merajut Asa


 Kisah Nurfadhillah Terbaring di Lesehan Merajut Asa Perbesar

LAPORAN ; MAULANA- Aceh Timur

Tuk… tuk…. Tuk…

Suara itu terdengar dari sebuah gubuk tua yang berukuran 4×4 meter. Saat dihampiri  suara pukulan  itu semakin keras, tak disangka seorang wanita berpakaian kaos dan mengenakan jilbab coklat sedang terbaring di sebuah lesehan.

Ia  sedang bekerja mengupas meulinjo ( kerupuek Mulieng). Satu persatu melinjo yang telah digongseng lalu  dipukul dengan palu. Kerjanya  masih  sangat tradisional sekali.

Perempuan terbaring itu ternyata  Nurfahdilah usianya 32 tahun. Ia merupakan seorang janda asal desa Bagok Panah II Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur yang saat ini sedang mengalami cacat. Kondisi fisiknya yang tidak mendukung tak membuat semangat Ibu dari dua anak ini kandas demi mengais rezeki.

Saban hari, pengumpul atau toke membawa melinjo kekediamannya untuk dikupas. Diatas lesehan itu dengan posisi telengkup, Nurfadhilah memacu tenaganya membuat kerupuk melinjo  milik orang lain. Ia diupah  Rp. 20.000  dalam satu liter dari  hasil olahan kerupuknya.

“Alhamdulillah tak patah semangat untuk mencari rezeki. Ini rezeki halal yang mampu saya carikan untuk kedua sibuah hati walaupun saya terbaring disini,” ucap Nurfadhilah disela- sela ia bekerja, Minggu (1/12).

Nurfadhilah  telah lama melakoni pekerjaan itu setelah ia jatuh sakit pasca melahirkan anak keduanya. Ia memiliki dua orang anak yang saat ini  mereka sedang mengenyam pendidikan di tingkat sekolah dasar.

“Anak pertama saya sekolah kelas 6 SD, Kalau yang kedua masih kelas 3 SD. Dari hasil upah ini lah saya menafkahi dan  membiayai pendidikan mereka,” kata ibu yang akrab disapa Kak Nur itu.

Disinggung mengenai keberadaan suaminya, Nafas Nur Fadhillah sedikit sesak, lantas ia bercerita kisah pilu yang dialaminya pasca melahirkan anak kedua. Ia ditinggal sang suami  dalam keadaan cacat.“ Suami meninggalkan saya dan anak setelah saya mengalami cacat ini,” kisahnya.

Disisi lain, Nurfadhillah mengaku tak mengeluh dengan lika- liku yang telah dialaminya. Meskipun fisik tak sempurna  Ia bertekad dan berusaha keras untuk membesarkan kedua sibuah hatinya. Bahkan semangat ibu muda ini tak kandas untuk memberikan pendidikan kepada sang anak. “ Walaupun saya begini, saya harus berusaha membesarkan dan memberikan hak pendidikan untuk mereka seperti anak- anak lainya,” cetusnya.

Pun demikian untuk mendukung itu, ia sangat mencurahkan harapannya kepada  khalayak atau dermawan untuk membantunya berobat, bahkan ia juga memiliki harapan  agar suatu saat ia   bisa memiliki usaha sendiri yang permanen.

“Tentunya kepudulian dari pemerintah sangat saya harapkan. Kalau pun ada bantuan saya bisa berobat dan bisa berusaha dengan normal seperti orang lain. Ya semoga ada yang membantu,” harap Nurfadhillah sembari merapikan hasil olahan kerupuk melinjoe yang sudah jadi.

Berkaca dari kisah Nurfadhilah pegiat social Aceh Timur Sulaiman mengaku miris dan sedih ketika melihat warga Aceh yang masih hidup seperti halnya NurFadhillah. “ Ini merupakan potret kehidupan aneuk Nangroe ( anak Aceh) yang belum sejahtera. Kita ketahui  dengan kucuran dana otsus lumayan besar tetapi pemerintah  belum mampu mengatasi kemiskinan, sungguh kita sangat merasa kecewa,” kata Sulaiman yang juga tokoh pemuda di Aceh Timur.

Untuk mengatasi kemiskinan, Sulaiman menyarankan pemerintah Aceh  segera harus mengevaluasi kinerja mulai dari pendataan warga kurang mampu hingga pengalokasikan anggaran yang tepat sasaran.

“ Pemerintah jangan lalai dalam menyikapi persoalan kemiskinan di Aceh. Jangan lalai dengan program tak jelas tapi rakyat  dibawah masih menjerit – jerit dalam kemiskinan,” pungkas Sulaiman seraya berharap pemerintah lebih serius melakukan pemberdayaan kepada penyandang disabilatas dan masyarakat miskin.

Sementara secara terpisah  Bupati Aceh Timur H. Hasballah Bin H.M. Thaib mengaku telah mengetahui kondisi Nur Fadhilah. Bahkan dari data yang diterimanya, Dinas Sosial Kabupaten Aceh Timur telah menyerahkan dua kursi roda.

Tak hanya itu, Sambung Bupati ,  pada tahun ini  Nur Fadhilah juga mendapat perhatian bantuan rumah rehab. “ Kita merespon baik atas keadaan warga Aceh Timur. Insya Allah kita tidak diam dengan kondisi Buk Nurfadhilah.  Segala upaya kita usahakan membantunya,” jawab Bupati Rocky kepada Rakyat Aceh seraya menambahkan petugas PKH telah mendata  dan mendaftar Nur Fadhilah sebagai penerima PKH diwilayah itu. (MOL)

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Hukum Junub Setelah Subuh di Bulan Puasa

19 March 2024 - 14:50 WIB

Membersihkan Telinga, Batalkah Puasanya?

18 March 2024 - 14:47 WIB

Fiqih Puasa: Hati-Hati, 3 Cara Buang Hajat Ini Batalkan Puasa

17 March 2024 - 14:25 WIB

7 Keutamaan Hari Jumat Di Bulan Ramadhan

15 March 2024 - 14:46 WIB

Ramadhan Momen Perbaikan Sosial

14 March 2024 - 14:45 WIB

Maksud Hadits ‘Tidur Orang Berpuasa adalah Ibadah’

14 March 2024 - 14:16 WIB

Trending di KHAZANAH