BANDA ACEH (RA) – Sesuai janji, Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah akhirnya menyerahkan bonus kepada seluruh pemain dan official Persiraja, yang berjumlah 40 orang.
“Sejak menyampaikan janji membantu bonus sebagai penyemangat kepada para pemain dan official, di Restauran Meuligoe Gubernur pada awal Desember 2019 lalu, saat ini Pak Nova telah melunasi janjinya untuk menyelesaikan proses administrasi dan transfer ke seluruh pemain dan official,” ujar Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh Muhammad Iswanto, di ruang kerjanya, Kamis (5/3).
Namun, sambung Iswanto, ternyata ada 15 pemain dan official yang secara administrasi tidak ber-KTP Aceh. Hal inilah yang membuat proses transfer ke 15 anggota tim Persiraja terhambat.
“Bonus yang dijanjikan oleh Pak Nova telah diberikan. Untuk mencairkan dana tersebut, syaratnya harus menyerahkan poto kopi KTP domisili Aceh dan ATM Bank Aceh Syari’ah.
Jadi, karena 15 anggota tim Persiraja tidak ber-KTP Aceh, bahkan ada yang berasal dari negara lain, maka proses transfer beberapa pemain tertunda,” ungkap Iswanto.
Iswanto menegaskan, tidak ada diskriminasi terhadap pemain luar Aceh yang memperkuat Persiraja, semua mendapatkan bonus yang sama, Persiraja berhasil promosi ke kasta tertinggi Liga Indonesia atas sumbangsih tim, baik pemain maupun official.
“Jadi, tidak ada diskriminasi tapi hanya masalah administrasi yang harus dipenuhi. Persiraja lolos ke Liga 1 karena kerja seluruh tim, siapapun dan dari manapun asalnya. Oleh karena itu, seluruh tim tentu mendapatkan bonus yang sama tidak ada yang dibedakan,” kata Iswanto.
Terimakasih Pak Plt Gubernur
Pemberian bonus mendapat apresiasi dan membahagian pemain Persiraja non Aceh yang sebelumnya dijanjikan. Seperti disampaikan perwakilan pemain Persiraja, Tria Rahmad Priadi mengucapkan terimakasih atas realisasi janji tersebut.
“Kami pemain Persiraja yang ber-KTP bukan Aceh, mengucapkan terimakasih banyak kepada Pak Gubernur atas bonus ini,” ucap pemain asal Bukittinggi, Padang itu, Kamis (5/3).
Bonus untuk pemain ber-KTP non Aceh tersebut sempat viral di berbagai media sosial. Mulanya, mereka sejumlah 15 orang membuat video penagihan bonus tersebut, yang kemudian viral. Ragam respon muncul, ada yang pro pun banyak yang kontra.
Tri yang saat itu menjadi juru bicara, mendapatkan sejumlah kecaman.
“Itulah, waktu banyak respon lah. Banyak yang menyayangkan, ada yang DM di Instagram kenapa harus viral, banyak respon lah,” tuturnya.
Setelah viral itu, dirinya dan kawan-kawan sempat mengalami situasi tidak begitu menyenangkan. Tapi, pihaknya tidak menggubris. Bagi mereka, apa yang dilakukan masih dalam koridor wajar dan hanya menuntut hak, tidak muluk-muluk.
Andai tidak dijanjikan, mereka justru tidak akan menuntut. Mereka hanya ingin keadilan, sebagaimana pemain lokal yang lebih dahulu cair.
Bonus pemain Persiraja ber-KTP bukan Aceh cair, seingat Tri sebelum pertandingan tim berjuluk Laskar Rencong vs Bhayangkara FC. Tapi dirinya tidak ingat waktu pasti, ia tahu dari pemberitaan teman-teman yang melihat notifikasi e-banking.
Setelah itu pihaknya sejatinya sudah menyiapkan video terimakasih, hanya saja menunggu waktu yang pas untuk dipublikasi.
“Ada yang bilang kenapa gak bikin video ucapan terimakasih, mau heboh pas nuntut aja, gak fair, dan sebagainya. Padahal, jujur, kami sudah buat itu video terimakasih untuk Pak Gubernur, cuman menunggu waktu yang pas untuk diupload,” terang Tri.
Bonus Rp 5 juta per pemain ini akan dipergunakan untuk keperluan keluarga. Kata Tri, bonusnya ia persiapkan untuk dua hal; liburan dan mengisi perlengkapan rumah.
Dirinya memboyong keluarga dari Bukittinggi ke Banda Aceh, saat ini tinggal di area Lambaro skep. Atas bonus tersebut, motifasi dirinya dkk makin bertambah. Sejauh ini, baik pemain lokal maupun non Aceh berkomitmen melakukan yang terbaik bagi Persiraja. (ril/icm/min)