JAKARTA (RA) – PT Solusi Bangun Indonesia Tbk melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (9/7).
Corporate Communications Manager Diah Sasanawati melalui keterangan tertulis kepada Rakyat Aceh menyampaikan, ada beberapa hasil disepakati dalam rapat umum pemegang saham tahunan yang dilaksanakan di Jakarta.
Diantaranya adalah menyetujui dan mengesahkan laporan keuangan perseroan tahun buku 2019. Menyetujui penggunaan laba bersih PT Solusi Bangun Indonesia Tbk tahun buku 2019 untuk pembayaran dividen sebesar 5% dari Laba Bersih 2019, dan sisanya dicatat sebagai Saldo Laba untuk mendukung kegiatan operasional dan pengembangan Perseroan. Perseroan membayarkan dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp 3,6 per lembar saham atau senilai total Rp 24.952.634.952.
Kemudian menyetujui penunjukan Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (Price Waterhouse Coopers Indonesia) untuk mengaudit kinerja keuangan Perseroan tahun buku 2020.
Lebih lanjut Diah menyampaikan, dalam rapat umum pemegang saham luar biasa tersebut juga menyetujui perubahan anggaran dasar perseroan sehubungan dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang Direksi serta penyesuaian terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 15 /POJK.04/2020 Tentang Rencana Dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
Kemudian menerima pengunduran diri Francisco Malave Noriega dari jabatannya sebagai Komisaris Independen Perseroan efektif sejak 9 Juli 2020. RUPSLB juga mengangkat Prijo Sambodo sebagai Komisaris Independen Perseroan menggantikan Francisco Malave Noriega.
Prijo Sambodo saat ini menjabat sebagai Komisaris PT Tata Guna Patria Engineering sejak tahun 2015 sampai dengan sekarang. Ia juga pernah berkarya di Komisi Eksekutif Komite Nasional Indonesia Bendungan Besar dan menjabat sebagai Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum.
Pengalaman dan kompetensi beliau di bidang konstruksi akan membantu Perseroan untuk meningkatkan pertumbuhan, dan memastikan kelangsungan bisnis Perseroan pada masa-masa mendatang.
Sementara terkait dengan kinerja perusahaan Tahun 2019, Diah menyampaikan bahwa di tengah pasar yang relatif stagnan dan kelebihan pasokan yang masih membayangi industri semen nasional, SBI mampu meningkatkan kinerja signifikan sejak bergabung dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG pada awal tahun 2019, bahkan membalikkan kinerja dengan membukukan laba positif dibandingkan kerugian yang dialami Perseroan sejak tahun 2016 silam.
Disebutkan, ada beberapa kinerja penting tahun 2019, yakni volume penjualan meningkat menjadi 12,3 juta ton atau naik 4,80% dari 11,8 juta ton pada tahun 2018. Peningkatan volume ini didorong oleh peningkatan penjualan semen dan terak domestik sebesar 5,01% menjadi 11,8 juta ton dari 11,3 juta ton pada tahun 2018, serta peningkatan volume penjualan beton jadi (ready-mixed concrete) sebesar 3,19% menjadi 1.501 m3 pada tahun 2019 dari 1.454 m3 pada tahun sebelumnya.
Kombinasi peningkatan volume dan kekuatan merek produk mampu meningkatkan pendapatan menjadi Rp11,06 triliun atau naik 6,55% dari Rp10,38 triliun pada tahun sebelumnya.
EBITDA naik 64,29% menjadi Rp1,78 triliun pada tahun 2019 dari Rp1,08 triliun pada tahun 2018.
Program-program efisiensi yang dijalankan sepanjang tahun 2019, mampu membantu menurunkan beban pokok pendapatan sebesar 6,43%. Sehingga SBI mampu meningkatkan Laba Sebelum Bunga & Pajak Penghasilan dan akhirnya mencetak Laba Bersih sebesar Rp499 miliar.
Pada kuartal I/2020, perekonomian nasional mengalami tekanan. Selain disebabkan situasi global dengan terus menurunnya harga minyak dunia, pandemi Covid-19 juga mulai menghantam Indonesia pada awal Maret 2020. Kondisi tersebut turut mempengaruhi konsumsi semen nasional.
Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat konsumsi semen nasional kuartal I/2020 mengalami penurunan 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Namun demikian, SBI tetap mampu mencatatkan kinerja positif yang cukup konsisten sejak bergabung dengan SIG pada awal tahun 2019 lalu: Volume penjualan semen dan terak meningkat sebesar 5,78% menjadi 2,84 juta ton jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat 2,69 juta ton.
Meski volume penjualan semen dan terak domestik turun 1,41%, namun volume penjualan ekspor meningkat 180,93% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu.
Peningkatan volume penjualan berkontribusi pada peningkatan pendapatan sebesar Rp2,46 triliun atau naik 4,88% dari Rp2,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Laba kotor meningkat 35,70% menjadi Rp666 miliar.
Program-program efisiensi dan sinergi berhasil menurunkan beban pokok pendapatan serta beban distribusi dan penjualan masing-masing 3,26% dan 9,65%. Sehingga EBITDA meningkat 47,62% menjadi Rp398 miliar dan laba sebelum bunga dan pajak penghasilan meningkat 149,45% menjadi Rp296 miliar.
Capaian ini membantu SBI membalikkan keadaan dari kerugian pada kuartal pertama tahun 2019, menjadi laba sebesar Rp68 miliar pada kuartal pertama tahun ini. (Ra)