Catatan : Tarmizi Abdul Hamid (Pemerhati Sejarah dan Budaya Aceh)
Beberapa hari yang lalu, saya ke Padang Tiji Pidie, bersama Adinda Mukhsin atau sering disapa dengan Toke Cheik, tujuan kesana adalah dalam rangka memenuhi berbagai undangan dari sahabat sahabat yang lama, karena di daerah Padang Tiji banyak teman teman saya semenjak dari SMA dulu.
Nah pada kesempatan ini Adinda Toke Syek memperkenalkan kepada saya salah satu rumah warisan orang tua beliau kepada saya Rumoh Adat Aceh (Rumoh Aceh) yang telah direnovasi dan di modifikasi ruang Inong (ruang tengah atas rumoh Aceh) seperti kamar hotel mewah, dan tidak mengubah bentuk struktur asal usul dasarnya.
Pada bahagian ruang tengah rumoh Aceh tersebut (rumoh inong), Toke Cheik menambah bangunan lain pada sisi ujung arah barat untuk memperluas rumoh inong itu sendiri sehingga menjadi luas dan padu dan tidak terganggu rumah dasar itu sendiri.
Rumoh inong diperluas sepanjang ujung ramoe dan rambat (istilah ruang – ruang pada rumoh Aceh). Saya sangat terkesima melihat modif itu dengan tidak mengganggu struktur aslinya, dan nuansa yang mewah, ada ruang shalat, ada wastafel ada toilet dan sejumlah perabot pada rumoh inong ini.
Modifikasi dengan tidak mengubah struktur asal dari keaslian rumah adat Aceh itu sendiri bentuk dari mempertahankan nilai nilai budaya dan adat sebagai khazanah Aceh masa lalu dan rasa penghormatan kepada pemikir Arsitektur (Utoh) pada eranya.
Dalam hati saya, pantas Toke Cheik lebih betah di Padang Tiji ketimbang di Banda Aceh selama ini hee hee,
Tulisan ini, mungkin bisa menambah inspirasi kepada sahabat dan rekan di Aceh yang masih memiliki Rumoh Aceh aslinya dan pengetahuan modifikasi sesuai kebutuhan yang diinginkan.