Harianrakyataceh.com – Tiongkok berambisi untuk menjadi yang pertama dalam menemukan vaksin Covid-19 dan membantu dunia mengatasi pandemi. Tak hanya di Indonesia dan Bangladesh, vaksin Sinovac, juga diuji coba di negara lainnya. Yakni Abu Dhabi, Uni Emirat Arab dan Sao Paolo, Brasil.
Dilansir dari Wallstreet Journal, Minggu (26/7), Tiongkok menargetkan akan memiliki vaksin yang siap untuk publik sebelum akhir tahun. Ketua China National Pharmaceutical Group atau Sinopharm, Liu Jingzhen, mengatakan pada CCTV, uji klinis dimulai di Abu Dhabi pekan lalu dan butuh waktu sekitar tiga bulan.
Apakah Tiongkok akan memberikan prioritas kepada Uni Emirat Arab dan warganya untuk menggunakan vaksinnya, jika berhasil? Belum jelas.
Mitra Sinopharm di U.A.E, G42 Healthcare, yang bekerja di bawah pengawasan Departemen Kesehatan-Abu Dhabi, belum menanggapi permintaan komentar itu
Perusahaan milik negara Tiongkok mengatakan telah menguji vaksinnya pada lebih dari 2 ribu orang di Tiongkok. Ribuan lainnya di Uni Emirat Arab.
Sinovac memulai uji coba fase-tiga juga menguji kemanjuran vaksin, di São Paulo pada pekan lalu. Dan juga membutuhkan waktu selama tiga bulan ke depan, menurut pemerintah Brasil. Fase tiga adalah tahapan paling penting untuk membuktikan kemanjuran vaksin.
Pihak berwenang Tiongkok sangat ingin menunjukkan bahwa mereka dapat membantu dunia mengatasi pandemi yang telah menginfeksi jutaan orang. Menjadi yang pertama dalam penemuan vaksin akan membuat ekonomi domestik Tiongkok embali pada kecepatan penuh.
Sinopharm, CanSino dan sebuah perusahaan swasta Tiongkok, Sinovac Biotech Ltd., berada di urutan 3 dari 5 kandidat vaksin eksperimental, yang sedang dalam tahap akhir pengujian terhadap manusia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Rival Tiongkok, Amerika Serikat juga telah setuju untuk membayar USD 2 miliar atau setara Rp 28 triliun untuk 100 juta dosis vaksin dari Pfizer Inc. dan BioNTech SE, yang merupakan salah satu perusahaan terkemuka yang telah melaporkan data uji coba awal yang positif. Lainnya termasuk tim peneliti University of Oxford di Inggris yang bekerja dengan AstraZeneca PLC, dan CanSino Biologics Tiongkok.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Marieska Harya Virdhani