BIREUEN (RA) – Menjelang lebaran Idul Adha 1441 H/2020 M, banyak masyarakat mengeluh akan kelangkaan gas elpiji 3 kg di Kabupaten Bireuen.
Bahkan menurut warga, meski dilihat terdapat mobil pengangkut elpiji tiba di pangkalan, tidak selang lama elpiji 3 kg pun ludes diserbu para pembeli.
Ary Putra Pratama, warga Desa Leubu Cot, Kecamatan Makmur mengaku kepada media Rakyat Aceh, Rabu (29/7), dalam beberapa hari ini sangat sulit mendapatkan gas elpiji 3 kg di pangkalan.
“Saya sudah keliling ke beberapa daerah, mulai dari Kecamatan Makmur, Gandapura, Kutablang, bahkan sudah sampai ke daerah Kecamatan Peusangan. Namun, semua pangkalan yang sudah saya datangi, tidak ada stok gas elpiji 3 kg,” ujar Ary.
Disebutkan, beberapa hari lalu sempat masuk mobil pengangkut elpiji 3 kg di wilayah Gandapura dan Makmur, namun tidak berselang lama, gas ludes terjual. Bahkan banyak warga yang sudah lama mengantri tidak kebagian.
Kelangkaan gas elpiji 3 kg sangat berdampak bagi Ary, dikarenakan putra makmur ini merupakan pedagang nasi goreng. Sehingga, penghasilan sehari-harinya sempat terganggu.
“Sudah 4 hari saya keliling mencari gas untuk keperluan memasak, akibat kelangkaan tersebut, usaha jualan terpaksa diberhentikan sementara waktu. Seharusnya, dinas terkait lebih memerhatikan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah,” tegasnya.
Keluhan yang sama juga disampaikan Sayuti warga Kecamatan Gandapura. Memasuki akhir Juli, gas elpiji 3 kg sudah mulai susah didapatkan.
“Biasanya di Keude Guruegok stok gas banyak, tapi beberapa hari ini cepat habis. Kami berharap, ke depannya gas elpiji 3 kg tidak lagi langka, karena bisa menghambat pekerjaan dan juga penghasilan masyarakat,” sebut Sayuti.
Sementara saat dikonfirmasi Rakyat Aceh, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Bireuen, Ir Alie Basyah M Si, melalui kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Bireuen, Azhar SE mengatakan, salah satu penyebab kelangkaan gas elpiji 3 kg di Bireuen karena kebutuhan masyarakat sebakin besar, sedangkan stok gas yang di distribusikan tidak mengalami perubahan.
“Sebanyak 2.700.000 tabung gas di distribusikan ke sekitar 300 pangkalan resmi setiap tahunnya. Pada saat disalurkannya gas, aparatur desa setempat mengetahuinya. Dianjurkan kepada keuchik untuk mengawasi penjualan dari setiap pangkalan,” ujar Azhar.
Pada prinsipnya, sebut Azhar, kios eceran iligal tidak bisa menjual gas elpiji 3 kg. Namun jika juga dijual, masyarakat bisa melaporkan ke Disperindagkop dan UKM Bireuen.
“Jika ada yang menjual gas eceran melebihi kebetuhan dan ada oknum yang bermain dalam penyimpangan gas, langsung dilaporkan ke Dinas Perdagangan. Pihak dinas akan menindaklanjutinya,” ungkap Azhar. (akh)