Menu

Mode Gelap
Korban Erupsi Gunung Marapi Ditemukan 1,5 Km dari Kawah Cak Imin Resmikan Posko Pemenangan Musannif bin Sanusi (MBS) Perangkat Desa Sekitar Tambang Tantang Asisten Pemerintahan dan Dewan Lihat Objektif Rekrutmen Pekerja PT AMM Golkar Aceh Peringati Maulid Nabi dan Gelar TOT bagi Saksi Pemilu Ratusan Masyarakat Gurah Peukan Bada Juga Rasakan Manfaat Pasar Murah

EKBIS · 12 Aug 2020 07:23 WIB ·

Erupsi Sinabung, Siang Berubah Jadi Malam di Karo


 ERUPSI: Gunung Sinabung meletus kemarin (10/8). (SOLIDEO/SUMUT POS) Perbesar

ERUPSI: Gunung Sinabung meletus kemarin (10/8). (SOLIDEO/SUMUT POS)

Puluhan desa gelap selama tiga jam karena sinar matahari tak mampu menembus tebalnya abu. Yang tinggal di dekat sungai-sungai yang berhulu di Sinabung juga diminta waspada lahar dingin.

SALIDEO SEMBIRING, Karo–TAUFIQURRAHMAN, Jakarta, Jawa Pos

BERASTAGI seperti menggigil dalam dekapan musim dingin. Orang-orang menghindari keluar rumah. Genting dan jalanan berselimut tebal.

Sepi, gelap. Siang berubah bak malam. Sebab, matahari tak mampu menembus tebalnya ”selimut” yang disemburkan Gunung Sinabung.

Ya, kota kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, itu memang bukan meringkuk karena salju. Melainkan, akibat hujan abu setelah Sinabung meletus lagi pukul 10.16.
”Kami sudah menyiapkan armada pemadam kebakaran dari Damkar Kabupaten Karo untuk membersihkan abu vulkanis yang menutupi jalan,” ujar Bupati Karo Terkelin Brahmana seperti dilansir Sumut Pos.

Berastagi, dua kecamatan lain di Karo yang paling parah terdampak erupsi gunung setinggi 2.451 meter itu kemarin adalah Naman Teran dan Merdeka. Puluhan desa di tiga kecamatan tersebut mendadak gelap sekitar tiga jam.

Itu letusan ketiga Sinabung dalam sebulan terakhir. Padahal, selama setahun sebelumnya, persisnya setelah erupsi 9 Juni 2019, gunung yang terletak di Dataran Tinggi Karo itu anteng.

Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung Armen Putra menjelaskan, letusan Gunung Sinabung kali ini dengan tinggi kolom abu teramati ± 5.000 meter (5 km) di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur dan tenggara.

Armen menambahkan, saat ini status sinabung level III (siaga) dengan rekomendasi masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak boleh melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi. Dengan radius 3 km dari puncak Sinabung, radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara.

Dia juga berharap kerja sama semua pihak agar menjamin ketersediaan air. Baik untuk keperluan membersihkan debu dari atap rumah-rumah warga agar tidak sampai roboh maupun untuk menjamin kebutuhan air bersih warga.

”Kepada masyarakat yang bermukim di dekat sungai-sungai berhulu Gunung Sinabung juga kami minta tetap waspada terhadap bahaya lahar dingin,” katanya.

Tak seperti Naman Teran, Berastagi, dan Merdeka, wilayah ibu kota Kabupaten Karo, Kabanjahe, terpantau aman dari paparan abu vulkanis. Aktivitas perkantoran serta perdagangan tetap berjalan normal.

Walau erupsinya juga teramati dari Kabanjahe. ”Semoga saja abu vulkanis tidak sampai melanda wilayah Kabanjahe. Supaya kami tidak repot menyirami abu vulkanis yang melanda saat ini,” ungkap Zul dan Dinan, salah seorang warga Kabanjahe.

Di Berastagi, puluhan mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk membersihkan abu. Warga bersama polisi dan tentara juga bahu-membahu untuk bersih-bersih.

”Kami juga sudah berkoordinasi dengan PMI (Palang Merah Indonesia) untuk membantu penyiraman,” kata Terkelin.

Kapolres Tanah Karo AKBP Yustinus Setyo Indriyono juga mengimbau warga tidak memasuki zona merah, terutama di kawasan wisata Danau Lau Kawar. ”Masyarakat yang sudah direlokasi agar tetap tinggal di sana dan tetap pakai masker supaya tidak terhirup abu vulkanis karena berbahaya bagi kesehatan tubuh. Terlebih, saat ini pandemi Covid-19 sedang melanda,” ujarnya.

Setelah tak meletus sejak tahun 1600, Sinabung tiba-tiba aktif lagi mulai 2010. Setelah itu, gunung tersebut rajin meletus meski dengan skala tak selalu besar. Erupsi besar terakhir terjadi pada 19 Februai 2018.

Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nia Haerani mengatakan, letusan kali ini memang realtif lebih besar daripada letusan pada Sabtu pekan lalu (8/8). Namun, sudah karakter letusan Sinabung berbentuk eksplosif dan disertai potensi awan panas. ”Memang besar, tapi tidak melebihi letusan besar pada Februari 2018,” kata Nia. **

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

BSI Regional Aceh Dorong Penguatan Transaksi Digital Masjid

29 March 2024 - 16:10 WIB

Wakili Penjabat Gubernur Aceh, Asisten III Hadiri Undangan Peresmian Masjid Budhe Aqsa

29 March 2024 - 10:16 WIB

Berbagi Kebahagiaan Ramadan, PT Solusi Bangun Andalas Santuni Anak Yatim

28 March 2024 - 19:44 WIB

Epson Indonesia Sajikan Bukber Spektakuler, Sinergi Bersama Media dan Hikmah Ramadan

28 March 2024 - 13:45 WIB

Tips Berkendara Aman Saat Bulan Puasa

28 March 2024 - 13:15 WIB

Ramadan Penuh Makna, The Reiz Suites, Artotel Curated Medan Bagikan Sembako Ke Beberapa Rumah Tahfidz Dan Panti Asuhan

28 March 2024 - 11:38 WIB

Trending di EKBIS