BANDA ACEH (RA) – Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Aceh, Dedy Yuswadi, ikut serta dalam Meusaraya (gotong royong) untuk menyelamatkan dan menata kembali puluhan makam bernisan yang dilakukan oleh Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) yang berlokasi di Meunasah Baet, Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar Minggu (27/09/2020).
Ikut serta dalam Meusaraya kali ini, di samping pengurus dan relawan dari Mapesa sendiri, juga ikut serta dari unsur budaya dan masyarakat setempat. Peserta yang hadir begitu antusias karena menyelamatkan artefak berupa nisan kuno peninggalan akhir abad 16 dan 17 Masehi (periode puncak kemajuan Kerajaan Aceh Darussalam). Batu nisan yang ditemukan oleh Tim Mapesa ini adalah komplek makam para petinggi istana Kerajaan Aceh Darussalam. Yang sangat menarik pada komplek makam ini, tidak saja batu-batu Nisan yang bercorak ragam dari Kerajaan Aceh Darussalam sendiri, tapi ada type nisan dari Samudera Pasai, Biheue Pedir, Lamuri, yang ditemukan pada komplek makam tersebut.
“Ini bertanda ada satu komitmen visi bersama beberapa kerajaan di Aceh tersebut sebagai lambang persatuan dalam mengusir Portugis dari bumi Aceh,” demikian dikatakan oleh Ketua Mapesa Mizuar Mahdi.
Lebih lanjut Mizuar menjelaskan bahwa letak komplek makam ini sangat spesial di atas gundukan tanah, ciri ini sering didapat pengalaman penemuan di tempat lain, ini dipastikan milik keluarga istana.
Batu-batu nisan tersebut kebanyakan sudah rusak, patah dan tanpa sedikitpun perawatan dan diperkirakan 100 tahun yang lalu tanpa sentuhan tangan-tangan manusia untuk menghormati kalimat-kalimat tauhid yang terpahat denga rapi di peninggalan tersebut.
Kepala Dispora Aceh, Dedy Yuswadi, dalam keterangannya kepada awak media sangat apresiasi dan rasa terharu atas kerja nyata para pemuda sebagai pejuang dari Mapesa yang setiap minggu melakukan kegiatan yang sangat mulia ini.
“Pemuda Aceh ini telah berperan aktif dalam menyelamatkan artefak sejarah sebagai identitas Aceh sesungguhnya demi ilmu pengetahuan dan marwah Aceh sendiri dan generasi penerus Aceh ke depan,” demikian pungkas Dedi.
Dedi mengatakan, Mapesa, di samping mereka ahli dalam melihat struktur nisan juga sangat mampu membaca inskripsi nisan.
“Mapesa berkomitmen dengan tujuan yang ikhlas dalam penyelamatan situs cagar budaya Aceh ini, saya berharap, agar setiap ada kegiatan seperti ini, adik-adik Mapesa jangan segan-segan mengajak saya, karena saya sangat suka akan hal ini,” demikian tutup Dedy.[Ra]