Harianrakyataceh.com – Cuaca ekstrim dipenghunjung akhir tahun 2020, dinilai berpotensi dapat memicu bencana alam baik di darat maupun di laut, diminta dan dihimbau masyarakat Kabupaten Simeulue untuk waspada.
Sementara pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Simeulue, telah siaga untuk menghadapi potensi cuaca ekstrim dengan curah hujan yang tinggi dan angin kencang dapat menimbulkan bencana di darat berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor maupun bencana di laut.
Siaga dan himbauan tersebut, disampaikan Izal Amri, Plt Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Simelue, yang dihubungi Harian Rakyat Aceh, Senin (23/11).
“Biasanya setiap akhir tahun, wilayah kabupaten Simeulue berpotensi cuaca ekstrim yang dapat menimbulkan bencana alam, maka kita himbau masyarakat atau siapapun untuk waspada. Sedangkan dari pihak kita dibantu Basarnas, TNI Polri dan unsur lainnya, telah siaga,” katanya.
Dia menyebutkan, himbauan kepada warga untuk tetap waspada sehingga nantinya saat terjadi bencana tidak saling menyalahkan dan penyesalan serta diminta warga yang berprofesi nelayan yang hendak melaut supaya mengedepankan dan mengutamakan sarana penting untuk keselamatan.
Izal Amri juga mengutip himbuan Pemerintah Pusat yang dirilis BMKG, sebahagian wilayah Indonesia akan terjadi cuaca ekstrim yang memicu bahaya Hidrometeorologi dapat menimbulkan bencana banjir, bencana banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang.
Diketahui tanda-tanda cuaca ekstrim, seperti hujan lebat dan angin kencang yang berpotensi menimbulkan bencana alam yang dapat merusak fasilitas umum dan pemukiman penduduk serta nyawa dan harta benda itu, telah berlangsung di wilayah Kabupaten Simeulue sejak Bulan Oktober 2020 lalu.
“Kita meneruskan himbauan Pemerintah Pusat yang dirilis BMKG Pusat, dengan potensi cuaca ekstrim dapat menimbulkan bahaya Hidrometrologi. Sehingga dengan himbauan supaya masyarakat waspada, nantinya bila terjadi bencana alam itu, jangan nanti saling menyalahkan,” imbuh Izal Amri.
Cuaca ekstrim selain dapat menimbulkan bencana alam, juga dapat mengganggu sistem transportasi laut dan udara yang menghubungkan wilayah kepulauan Kabupaten Simeulue dengan pulau Sumatera, dan dapat memicu roda perekonomian tidak stabil, disebabkan harga kebutuhan sembako juga melonjak naik.(ahi/rus).