class="wp-singular post-template-default single single-post postid-39422 single-format-standard wp-custom-logo wp-theme-kobaran" >

Menu

Mode Gelap
Bir Ali Tour & Travel Lebarkan Sayapnya di Takengon, Bagikan 10 Paspor Gratis  Meunasah Mesjid Bentuk Koperasi Merah Putih, Siap Sejahterakan Masyarakat Patroli Polres Dogiai diserang KKB di kawasan Kali Tuka Komunitas Wartawan Gelar Kongres JPFC ke-VI Badan Narkotika Nasional Kota Banda Aceh Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba Di Balai Besar Lido Bogor

METROPOLIS · 25 Nov 2020 14:01 WIB ·

Forum LSM Aceh Gelar Refleksi 15 Tahun Perdamaian Aceh


 Forum LSM Aceh Gelar Refleksi 15 Tahun Perdamaian Aceh Perbesar

BANDA ACEH (RA) – Tahun ini perdamaian Aceh memasuki tahun ke-15. Dibanding dengan masa-masa sebelum perdamaian, tentu ada banyak perkembangan yang terjadi di Aceh selama proses perdamaian ini, baik itu dari sisi  demokrasi, penghargaan terhadap hak asasi  manusia, politik, keistimewaan Aceh dan lainnya.

Namun  tidak semua perkembangan itu sesuai harapan yang diinginkan masyarakat. Dalam perspektif lain, ada yang menganggap perdamaian itu masih belum sesuai dengan konsep pembangunan  yang diinginkan. Pandangan ini muncul setelah melihat banyaknya anggaran pembangunan yang mengalir untuk Aceh, tapi  hasil yang diperoleh belum seperti  yang ditargetkan. 

Berdasarkan data tersebut Forum LSM Aceh, menggelar Refleksi 15 Tahun Perdamaian Aceh Antara Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat. Kegiatan ini berlangsung di salah Hotel di Banda Aceh, Rabu (25/11).

“Sebagai contoh, pasca perdamaian 2005 Aceh mendapat dana dana otonomi khusus selama 20 tahun,  terhitung 2008 hingga 2027 sebagaimana amanat  Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Sampai tahun 2019,  Aceh telah menerima Dana Otsus berkisar Rp 73 triliun,” ujar Sekjend Forum LSM Aceh, Sudirman Hasan, dalam sambutannya.

Atau jika dirata-ratakan, setiap tahun Aceh mendapat dana Otsus berkisar Rp 8 triliun. Jika  ditotalkan dengan APBA, anggaran pembangunan Aceh setiap tahun lebih dari Rp 23 triliun. Belum lagi anggaran pembangunan yang bersumber dari APBN.

Tidak heran jika ada yang mengatakan kalau  dana yang mengalir untuk Aceh  pasca perdamaian cukup besar. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah aliran dana itu telah mampu melahirkan banyak perubahan untuk Aceh?

Sebagaima harapan yang berkembang di masyarakat,  setidaknya ada tiga perubahan besar yang terjadi di Aceh pasca perdamaian, yaitu, pertama,  terwujudnya perdamaian yang hakiki tanpa menghadirkan kembali konflik baru antara Aceh dan Jakarta; Kedua, terciptanya kesejahteraan masyarakat  yang indikatornya dapat dilihat dar tingka kemiskinan dan gini rasio; dan ketiga, adanya sistem penanganan korban konflik  yang bijak untuk dapat mereduksi benih dendam yang pernaha ada.

Setiap orang tentu saja punya cara pandang yang berbeda dalam menilai tiga elemen di atas.  Untuk masalah konflik Aceh dan pusat misalnya,  bisa jadi ada yang menganggap sudah tidak ada lagi.  Tapi  sebagian tetap melihat potensi itu masih ada, terutama jika melihat sengketa bendera Aceh yang sampai sekarang belum jelas.  Bendara itu sudah disahkan di tingkat daerah, tapi tidak disetujui oleh  Pemerintah Pusat. Jika ini terus berlarut, bukan tidak mungkin  masalahnya semakin rumut.

Sementara untuk masalah kesejahteraan rakyat, Aceh tetap saja menjadi sorotan  karena tingkat kemiskinan di daerah ini masih tinggi.  Bahkan Aceh merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatera atau tertinggi ke-5 di Indonesia setelah Papua, NTT, Maluku dan Gorontalo. Artinya, dana jumbo yang mengalir untuk Aceh belum mampu meningkatkan kesejahteraan tersebut.

Apalagi jika melihat system penanganan korban konflik, Aceh sepertinya bergerak di tempat. Terkesan korban konflik itu dilupakan begitu saja.  Benar bahwa Pemerintah Aceh telah membentuk KKR untuk melakukan pencatatan terhadap kasus kekerasan di masa lalu,  tapi nyatanya keberadaaan KKR itu bagaikan ada dan tiada, sehingga penanganan korban konflik belum menunjukan kepastian.

Tiga inilah yang akan diangkat sebagai topic  bahasan dalam sebuah seminar berkaitan dengan refleksi  15 tahun perdamaian Aceh. Sejumlah nara sumber dan tokoh yang berkompeten akan diundang hadir pada seminar ini, sehingga hasilnya diharapkan bisa memberikan pencerahan kepada public tentang pencapaian Aceh selama  15 tahun pasca perdamaian. (rus)

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Majelis Seniman Aceh Gelar Seminar Hikayat Aceh dan Hamzah Fansuri di Museum Aceh

24 May 2025 - 21:17 WIB

Griya Tuan Tapa, Rumah Singgah untuk Warga Aceh Selatan di Banda Aceh Diresmikan

23 May 2025 - 19:44 WIB

Aceh Telah Wisuda 1097 Siswa S1 dan S2 di Sekolah Lansia

23 May 2025 - 19:19 WIB

PLN dan Pemkab Gayo Lues Sepakati Kerja Sama Energi Terbarukan, Targetkan Kemandirian Energi

23 May 2025 - 16:22 WIB

Waspada Akun FB Palsu Atasnamakan Gubernur Aceh

23 May 2025 - 15:30 WIB

Badan Narkotika Nasional Kota Banda Aceh Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba Di Balai Besar Lido Bogor

23 May 2025 - 11:53 WIB

Trending di METROPOLIS