Menu

Mode Gelap
Korban Erupsi Gunung Marapi Ditemukan 1,5 Km dari Kawah Cak Imin Resmikan Posko Pemenangan Musannif bin Sanusi (MBS) Perangkat Desa Sekitar Tambang Tantang Asisten Pemerintahan dan Dewan Lihat Objektif Rekrutmen Pekerja PT AMM Golkar Aceh Peringati Maulid Nabi dan Gelar TOT bagi Saksi Pemilu Ratusan Masyarakat Gurah Peukan Bada Juga Rasakan Manfaat Pasar Murah

DAERAH · 29 Nov 2020 18:21 WIB ·

Kisah Guru Honorer Pedalaman Melewati Berbagai Rintangan


 Yanti Purmasari, guru honorer yang tinggal di Desa Belang Bebangka Kecamatan pegasing, Aceh Tengah, mengajar di SMAN 11 Takengon. For Rakyat Aceh.  Perbesar

Yanti Purmasari, guru honorer yang tinggal di Desa Belang Bebangka Kecamatan pegasing, Aceh Tengah, mengajar di SMAN 11 Takengon. For Rakyat Aceh.

TAKENGON (RA) – Yanti Purmasari, guru honorer yang tinggal di Desa Belang Bebangka Kecamatan pegasing, Aceh Tengah, mengajar di SMAN 11 Takengon. Bahkan ia sudah delapan tahun menjalankan aktivitasnya sebagai guru, melewati berbagai rintangan untuk mengajar mulai dari longsor menutup badan jalan hingga melewati genangan lumpur.

“Kalau sekedar melewati udara dingin dan sejuk di pagi hari itu sudah biasa, namun delapan tahun mengajar membuat saya melewati berbagai pengalaman paling berat ketika harus melewati berbagai rintangan bermain dengan genangan lumpur,” ujar perempuan 32 tahun tersebut.

Yanti pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, hampir dilakukannya setiap hari, dan jarak antara sekolah dengan rumah lebih kurang mencapai 10 kilometer. Yanti merupakan guru Bahasa Indonesia. Selain Yanti, guru honorer lainnya yang mengalami kisah yang sangat mengharukan adalah Munawarah (32) perempuan asal Desa Blang Kolak 1, Kecamatan Bebesen, ia juga mengalami berbagai rintangan saat melintas di jalan menuju ke tempat sekolahnya, kerap sekali bertemu hewan hewan liar, selama 11 tahun terakhir merasakannya.

“Ketika jalan menuju tempat sekolah sering ketemu monyet, ular, dan babi yang liar, agak takut cuman berusaha untuk tidak panik,” ujarnya.

Meski melewati berbagai medan yang sulit, kedua guru honerer ini akan selalu mengajar peserta didiknya, melihat wajah peserta didiknya yang penuh semangat dalam belajar membuat kedua guru ini tak surut dan semangat dalam mengajar.

Soal honor sungguh miris mendengarnya, awalnya mereka dibayar di tempat mengajarnya hanya tujuh ribu per jam, dan tiga tahun terakhir naik menjadi dua puluh dua ribu per jam, namun dalam tiga tahun ini status nya sudah menjadi guru kontrak provinsi Aceh.

Ia menceritakan, dalam menutup biaya hidup sehari harinya, Yanti sendiri memilih berjualan jajanan di depan rumah, sedangkan Munawarah memilih berjualan pizza.

“kalau diharap dari gaji guru terus terang tidak cukup untuk memenuhi biaya hidup, maka kami memilih membuka usaha sampingan seperti berjualan agar ada uang tambahan,” pungkasnya yang diamini Munawarah. (mag 01-reza/rus).

 

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Satpol PP WH Lhokseumawe Amankan Anak di Bawah Umur Mabuk Lem, Lalu Dimasukkan ke Dayah

18 March 2024 - 18:39 WIB

Jelang Penutupan, Satgas TMMD ke -119 Kodim 0102/Pidie Kebut Semua Sasaran Fisik

18 March 2024 - 14:04 WIB

Kerjar Target, Satgas TMMD Ke-119 Kodim 0102/Pidie Kebut Pengerjaan Jembatan

17 March 2024 - 13:11 WIB

Kepulangan 28 Nelayan Dari Thailand Disambut Haru Keluarga

17 March 2024 - 02:06 WIB

Buka Selama Ramadan, Tempat Billiard di Lhokseumawe Ditertibkan

16 March 2024 - 17:17 WIB

Ramadhan Berkah, Kodim 0102/Pidie Bagikan Ratusan Takjil Gratis Kepada Warga

15 March 2024 - 11:17 WIB

Trending di DAERAH