Menu

Mode Gelap
Korban Erupsi Gunung Marapi Ditemukan 1,5 Km dari Kawah Cak Imin Resmikan Posko Pemenangan Musannif bin Sanusi (MBS) Perangkat Desa Sekitar Tambang Tantang Asisten Pemerintahan dan Dewan Lihat Objektif Rekrutmen Pekerja PT AMM Golkar Aceh Peringati Maulid Nabi dan Gelar TOT bagi Saksi Pemilu Ratusan Masyarakat Gurah Peukan Bada Juga Rasakan Manfaat Pasar Murah

KHAZANAH · 21 Jan 2021 16:57 WIB ·

Sikapi Wabah dengan Keimanan


 Ust. Masrul Aidi Lc Perbesar

Ust. Masrul Aidi Lc

harianrakyataceh.com – Menyikapi wabah yang sedang berlangsung untuk kembali ke alquran. Sebagaimanal ini disampaikan Rasulullah untuk memberikan peringatan. Ingatkan lah dengan berulang ulang karena mengingatkan berulang bermanfaat bagi orang Islam. Ini demi mengarahkan kita kepada hidayah.

Begitu juga yang mengikuti pengajian walaupun di pandemi covid19, para kuli tinta. Termasuk para ulama yang menulis ilmu.

Hal ini disampaikan Ustd Masrul Aidi, Lc Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Kuta Baro Aceh Besar, pada pengajian KWPSI Rabu malam (20/1) di Aula Seramoe Jurnalis Aceh, Kantor PWI Aceh.

“Kita berjuang dengan kapasitas yang tinggi dan kemampuan yang dimiliki. Beberapa tahun saya diundang di BPBA, ikut diskusi tentang bencana. Banyak yang lain bicara fisik dalam menanggapi bencana di Aceh. Ketika saya diberi kesempatan lalu saya menyampaikan tentang SOP kebencanaan dengan mencari keridhaan dan mengurangi kemaksiatan,” ujarnya.

Dikatakan, ada sebagian menghindari bencana dan kemaksiatan dengan pola pola pikir di negeri. Kebanyakan masyarakat menganggap tidak ada kaitan dengan bencana dan kemaksiatan. Pada hal ini jelas, ada kaitan antara maksiat dan kebencanaan yang terjadi.

Belum ada lembaga yang menyuruh menjaga jarak di tempat kemaksiatan. “Tugas saya hanya menyampaikan. Coba kita lihat kalau orang buat maksiat di pantai Ulee Lheue disuruh jaga jarak sehingga maksiat itu tidak akan terjadi,” ungkapnya lahi.

Namun, kalau lihat saat ini sangat terbalik. Orang yang melakukan kebaikan dan melaksanakan salat di masjid dibuat jaga jarak meter malah lebih

Diceritakan, suatu hari, Rasul pernah menyuruh karantina bila terjadi wabah. Begitu juga kita dilarang masukdan keluar bila suatu daerah sedang ada wabah.

“Di Indonesia dan Aceh ketika wabah belum masuk ke negara kita tidak duluan dilarang. Namun setelah terjadi wabah baru dilakukan lockdown,” paparnya.

Sambungnya, bagaimana penerbangan tidak ditutup namun di tutup setelah terjangkit wabah di negara kita. Mesjid ditutup duluan. Padahal masuk mesjid ambil wuduk. Masjid bisa jadi tempat evakuasi dan tempat singgah.

“Dalam Islam dianjurkan kita untuk ikhtiar. Artinya usaha lebih baik di antara pilihan lain.
Ikhtiar agama kita tidak diterima dengan baik. Ada tindakan yang salah dari kita karena tidak melibatkan Allah setiap kejadian yang ada,” kata Ust Masrul.

Pertanyaannya apakah ada kematian yang ada itu tidak diketahui oleh Allah itu tidak mungkin. Bunga saja yang jatuh diketahui Allah.

Kalau kata bunuh sudah pasti membunuhmu. Ini lah pemahaman yang beda. Seperti iklan rokok membunuh mu. Kadang di salah pahami yang merokok tidak mematikan. Pada hal jelas ditulis membunuhmu.

Lanjutnya lagi, Salat di rumah karena pandemi ada yang disalahkan dan dianggap tidak sah inilah karena pemahaman untuk disampaikan secar komprehensif kepada masyarakat.

“Menguap saja dianjurkan untuk tutup mulut. Sekarang mau tutup dengan tangan dan ditutup dengan siku. Ketika ditutup siku dianggap bisa menular dan sekarang dibolehkan dengan kepala tangan untuk salaman,” jelasnya lagi.

Sekarang harus jaga jarak, kadang dengan isteri kita terpaksa jaga jarak. Sekarang kalau kita lihat bisa hilang akal sehat dan aqidah selama pandemi vovid19.

Tradisi sedekah bila di terapkan oleh masyarakat, terutama makanan itu dibagi bagikan. Sehingga makanan selalu ada masyarakat dengan adanya sedekah makanan.

“Tahap vaksinasi sudah memfatwakan halal tidak ada masalah. Tingkat masyarakat jangan takut namun masih sedih karena ini masih ada pejabat yang mengeluarkan stateman tidak mau divaksin,” tegasnya.

Ia menilai kepercayaan sudah kurang terhadap pemerintah. Sehingga masyarakat tidak mau mengikuti apa yang disampaikan dan dijalani oleh pemimpin.

Nabi tidak akan mengunjungi orang yang sakit apabila sudah lebih tiga hari. Hal ini untuk membuat si pasien bisa istirahat apalagi baru pulang dari rumah sakit.

“Pemerintah bagaimana harus patuh kepada ulama. Sehingga masyarakat juga akan patuh. Kalau ada kritikan kepada pemerintah bukan karena benci akan tetapi memberikan masukan dan balasan yang baik dari Allah,” tutupnya.

Ditambahkan Ust Masrul, kebatilan tidak akan menang kecuali diamnya orang orang baik. (rus)

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Hukum Junub Setelah Subuh di Bulan Puasa

19 March 2024 - 14:50 WIB

Membersihkan Telinga, Batalkah Puasanya?

18 March 2024 - 14:47 WIB

Fiqih Puasa: Hati-Hati, 3 Cara Buang Hajat Ini Batalkan Puasa

17 March 2024 - 14:25 WIB

7 Keutamaan Hari Jumat Di Bulan Ramadhan

15 March 2024 - 14:46 WIB

Ramadhan Momen Perbaikan Sosial

14 March 2024 - 14:45 WIB

Maksud Hadits ‘Tidur Orang Berpuasa adalah Ibadah’

14 March 2024 - 14:16 WIB

Trending di KHAZANAH