HARIANRAKYATACEH.COM – Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Aceh, Prof Dr Tgk H Muhammad AR MEd, mengungkapkan bahwa angka kekerasan terhadap anak di Aceh cukup banyak.
Namun masyarakat masih enggan untuk melaporkan kepada pihak berwajib karena alasan malu sehingga khawatir menjadi aib bagi keluarga.
“Banyak faktor tingginya angka kekerasan terhadap anak, salah satunya tingkat pendidikan orang tua yang rendah,” kata Prof Dr Tgk H Muhammad Ar MEd, saat mengisi pengajian Kaukus Wartawan Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh, Jeulingke Banda Aceh, Rabu (17/3) malam.
“Di Ace, angka kekerasakan terhadap anak sebenarnya cukup banyak. Saya sudah keliling Aceh, bahkan ada beberapa yang sampai ke pengadilan. Kalau kita bongkar data, nangis kita,” ungkap Ketua Dewan Dakwah Aceh ini.
Pelaku kekerasan terhadap anak, kata Prof Muhammad, umumnya beradal dari tingkat pendidikan yang rendah atau tidak ada sama sekali. Kasus itu, banyak terjadi di daerah terisolir atau pedalaman. Sementara untuk pelaku pencabulan, bisa berasal dari orang yang berpendidikan rendah maupun orang yang punya ilmu tinggi, disamping juga pengaruh buruk narkoba dan pornografi.
Sedangkan modus operandi yang dilakulan cukup variatif, ada juga yang mengeksploitasi anak untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Namun yang paling miris adalah aksi pencabulan terhadap anak. “Pelaku kekerasan seksual biasanya adalah orang terdekat, maka perlu pengawasan ketat dari orang tua dan keluarga” ujarnya.
Lebih lanjut Prof Muhammad mengingatkan kepada masyarakat untuk menghindari aksi kekerasan terhadap anak. Kalau anak melakukan pembangkangan jangan langsung main pukul.
Bahkan Allah sudah sampaikan dalam Alquran bahwa diantara anak dan istri kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian. Ia mencontohkan seperti kisah Kabil, anak Nabi Adam. Begitu juga dengan anak dan istri Nabi Nuh.
Dirinya juga mencontohkan sikap para ulama terdahulu, disaat menghadapi ada diantara anak mereka buruk akal. Apa yang dilakukan? Yaitu mendoakan mereka dan memohon ampunan kepada Allah, karena Allah itu maha pengampun.
“Ada baiknya kalian memaafkan atau mengampuni mereka. Allah saja maha pengampun dan penyayang. Kalau anak nakal jangan dimarahi, orang tua doakan anak agar dia bisa baik,” sarannya.
“Saya ambil satu contoh para ulama duhulu melihat anaknya buruk akal, lantas berdoa ampunilah Saya ya Allah mungkin ini kesalahan saya terdahulu dan kesalahan saya jangan ditimpakan kepada anak anak Saya,” ucapnya.
Bercermin dari kisah para nabi dan sikap para ulama terdahulu, maka saat menghadapi anak buruk akal janganlah langsung menyalahkan sikap dan kelakuan mereka, apalagi sampai meluapkan kekesalahan hingga melakukan kekerasan terhadap anak. “Allah sudah sampaikan bahwa anak dan istri bisa jadi musuh, maka berhati – hatilah kalau bisa maafkan mereka, doakan mereka agar menjadi baik. Jangan marahi mereka, apalagi sampai berbuat kasar, karena Allah maha pengampun.” Demikian antara lain disampaikan Prof Muhammad saat menjadi pemateri dalam pengajian rutin KWPSI. (ra)